Shocking!
Belanda menang. Tapi banyak yang mengejutkan!
Pertama Argentina yang merebus Serbia & Montenegro 6-0. Ya, enam kosong. Sebelumnya seharian gue sama direksi 442 rapat seru soal cover edisi ke 2. Gue datang dengan ide dobel cover. Argentina dan Brasil. Ide itu datang karena ingin terus keep-up dengan profil yang baik yang sudah terpatri di benak pasar terhadap 442. Sentimennya bagus.
Tapi ini sebuah keputusan gambling yang sangat amat beresiko. Sebab kita terbit sekitar tanggal 29. Sementara Argentina sudah menyelesaikan putaran keduanya. Kalau kalah gimana? Yang lebih parah: bagaimana kalau Argentina kalah dan tidak lolos ke putaran 2? Ada yang bilang tidak mungkin. Tapi bisa saja terjadi. Begitu juga dengan Brasil. Tapi kalau Brasil, rasanya tidak ada yang tidak memprediksikan mereka. Kalau sampai salah publik akan maklum.
Perhitungan pun digelar. Debat sana-sini. Sempat diputuskan cover Argentina di drop. Tapi gue membuat situasi goyang lagi dengan merasa sangat sayang dengan disain yang dibuat anak-anak grafis. Bisa sangat shocking. Lihat saja nanti. Disamping gue melihat potensi besar Argentina melaju jauh melewati putaran ke dua.
Akhirnya diputuskan tunggu Argentina Vs Serbia.
Dan hasilnya luar biasa mengejutkan. Baru menit ke 6, Rodriguez sudah mencetak gol hasil permainan passing yang cantik. Gol keduan Argentina lebih gila lagi. Setelah menjalani 24 kali passing, Crespo dengan brilian melakuan backheel pass yang disambar Cambiasso.
Selanjutnya gol-gol mengalir lewat passing game paling memikat yang pernah gue tonton.
Kenapa Serbia yang dikenal punya pertahanan tangguh dan tebal bisa seperti ini? Jawabannya adalah benturan gaya permainan.
Selama babak penyisihan Serbia menghadapi gaya permainan Eropa yang cenderung cepat, keras dan tegas. Bola cenderung datang langsung menusuk. Mereka bisa menangani itu dan cuma kebobolan satu gol. Ini dahsyat.
Namun saat bertemu gaya Latin Argentina yang menari-nari, Serbia tidak punya pengalaman. Tembok yang kukuh itu mendadak jadi terlihat kaku menghadapi serangan yang lincah.
Profil pemain bertahan Serbia itu kukuh dan siap menahan gempuran langsung. Plus bola-bola atas. Begitu yang dihadapi adalah umpan backheel atau kaki-ke-kaki yang begitu tricky tak terbaca, mereka bagai kue lapis bertemu silet. Terbelah dengan mudah.
Boy Wonder Messi yang dimasukkan di babak kedua pun bisa menghasilkan satu assist buat Crespo dan mencetak gol ke 6.
Luar biasa Argentina. Semua pemain bermain dengan sangat prima. Nyaris tidak ada bintang lapangan. Tapi Rodriguez, Riquelme, Tevez, Mascherano dan Messi layak diberi catatan khusus.
Selanjutnya Belanda lawan Pantai Gading. Sesuai dugaan gue partai ini berlangsung frontal dan seru. Pantai Gading punya kecepatan yang tinggi dan tendangan keras yang mematikan.
Belanda sendiri akhirnya bisa bermain lebih imbang. Tidak hanya mengandalkan sisi kiri. Basten menjalankan taktik dengan selalu merotasi Robben dan Van Persie. Serangan lebih mengalir dan menyeluruh. Belanda mencuri gol lebih dulu di menit 23 lewat tendangan bebas Van Persie yang terukur.
Empat menit kemudian, Robben memberikan umpan pada Ruud Nistelrooy. Gol yang mungkin membuat Sir Alex Ferguson akan berpikir ulang dan ingat kalau Ruutje memang striker kelas dunia.
Selanjutnya Pantai Gading melawan. Belanda juga terus dominan dengan Van Persie yang bermain cemerlang. Seolah ingin menunjukkan pada dunia kalau Belanda bukan tim 'kidal'.
Belanda bermain khas. Menyerang dan menyerang dengan pertahanan yang terbuka. Akibatnya menit 38 sebuah gol indah di cetak Kone.
Pada babak kedua, Van Basten menunjukkan kelasnya sebagai pelatih. Dia pun mengejutkan dunia dengan memperlihat apa yang selama ini jarang terlihat. Belanda ternyata bisa bertahan.
Bukan, bukan bermain negatif. Tapi memainkan taktik bertahan dengan displin dan penuh konsetrasi. Basten menarik Ruutje dan memasukkan Landzaat. Gelandang bertahan. Ini menunjukkan kalau 'bertahan' dalam kamus Basten adalah menebalkan lapangan tengah bukan menambah bek. Sementara Van Der Vaart yang punya naluri menyerang tinggi juga dimasukkan mengganti Sneijder yang midfielder murni. Terlihat imbangan yang dilakukan Basten.
Meski begitu, gue tetap ragu. Walau berharap Belanda juara, deep down inside gue merasa ini bukan saatnya. Pemain-pemain Belanda kali ini muda-muda. Sementara putaran kedua adalah ujian mental. Karakteristik Robben, Persi, Sneijder dan yang lain masih gampang sekali diintimidasi. Bahaya kalau nanti bertemu Jerman atau Argentina yang dikenal sering bermain-main dengan mental lawan.
Mungkin sekarang jadi batu uji buat jadi kampiun di Piala Eropa 2008. Setelah itu baru 'tertawa paling akhir' di Piala Dunia 2010.
Mudah-mudahan gue salah.
Kejutan berikutnya datang dari Mexico-Angola. Didengungkan sebagai kuda hitam yang kuat Mexico malah melempem. Ditahan seri tanpa gol oleh Angola yang bermain taktis. Bahkan dengan sepuluh orang saat Andre Macanga, midfielder Angola, diusir wasit.
Mexico seperti kehilangan kelincahan dan kerja keras yang ditunjukkan saat menerabas Iran 3-1. Posisinya jadi sedikit terancam Angola yang nanti pertandingan terakhir melawan Iran. Sementara Mexico ditunggu Portugal.
Portugal sendiri mengirim Iran pulang dengan skor 2-0. Meski bermain dengan menganggap remeh lawan, Portugal masih bisa menang. Untung saja. Para pemain Portugal seolah ingin menujukkan skill mereka pada dunia. Terkesan sombong dan ingin bermain elegan. Terutama Figo dan C. Ronaldo.
Sayang sekali Iran tidak bermain seimpresif saat melawan Mexico. Mereka memilih bertahan. Akibatnya permainan pun setengah lapangan.
Meski begitu beberapa kali ada juga serangan Iran yang nyaris membalik keadaan. Untung saja Deco membuat gol bagus dari luar kotak penalti. Setelah itu gol berikutnya dicetak C. Ronaldo lewat titik penalti.
Namun tidak ada yang mengejutkan gue saat Ghana menekuk salah satu tim yang memikat gue di pertandingan pertamanya. Ghana menelan Republik Ceska 2-0.
Ghana memang berpotensi. Saat melawan Italia saja, kalau mental mereka bisa menahan napsu bisa jadi lain ceritanya. Saat masalah mental sepertinya kelar dan mereka bermain lebih tenang, kereta laju Eropa pun dihentikan.
Benar-benar dihentikan. Lapangan tengah Ceska yang biasanya mendudu, ditahan oleh Stephen Appiah dan kawan-kawan. Rosicky, Nedved dan Poborsky seperti tidak bisa mengembangkan permainan. Modal anak-anak Ghana adalah kekuatan fisik dan skill khas Afrika yang natif.
Hasilnya gol paling cepat sejauh ini. Menit ke 2, Asamoah Gyan memaksa Peter Chech mengambil bola dari dalam jaringnya.
Selanjutnya Ceska yang digempur. Meski sesekali Ceska menyerang, mereka kehilangan Koller sang menara di barisan depan. Berpengaruh sekali hilangnya sang striker penggampar bola itu. Seolah serangan Ceska tak berujung.
Ghana terus memainkan passing-passing pantul yang sulit ditebak. Dan mereka bermain lebih dingin dan lebih tenang. Mulai bisa mengontrol emosi.
Malah Ceska yang kehilangan pemain ketika Ujfalusi dihadiahi kartu merah dan mengakibatkan penalti. Meski penalti Gyan membentur tiang gawang.
Peter Cech pun menunjukkan dirinya sebagai kiper luar biasa. Kalau dia tidak bermain sedahsyat itu, Ceska bisa disikat 4-0 oleh Ghana. Hanya akhirnya tendangan Muntari yang luar biasa keras menaklukan kembali Chech.
Kalau Ghana terus bermain begini bisa-bisa dia juara grup. Mereka akan berhadapan dengan USA di pertandingan terakhir grup. Sayang Gyan dan Muntari tidak bermain karena akumulasi kartu kuning.
Kenapa Ghana juara grup? Karena Italia memberikan kejutan di pertandingan berikutnya. Melawan USA anak-anak Italia menunjukkan partai paling brutal dalam sejarah Piala Dunia yang menghasilkan tiga kartu merah. Satu buat De Rossi yang menyikut lawan hingga berdarah. Dua lagi buat Pablo Mastroeni dan Eddie Pope dari USA.
Sepuluh lawan 9. Hasilnya 1-1. Karena setelah unggul lewat gol Gilardino, Zaccardo membobol gawangnya sendiri.
USA sendiri di luar dugaan bermain luar biasa. Bruce Arena memasukkan Clint Dempsey yang terbukti merepotkan barisan Italia yang entah kenapa tidak solid. Mereka seperti menganggap enteng lawan hingga mengurangi konsetrasi. Menit ke 22 memang mereka unggul, tapi menit ke 27 mereka kebobolan sendiri.
USA menunjukkan semangat bermain yang tinggi. Bahkan di menit 65 gol Beasley dianulir karena offside.
Grup ini akhirnya jadi sulit diperdiksi. Italia pegang nilai 4. Ghana 3. USA 1 dan Ceska 3. Siapa saja bisa lolos. Skenarionya jadi seru. Bisa jadi ada kejutan lagi nanti.
nb: udah mulai ngerti bola kan kamu sekarang, Ma? :D
Pertama Argentina yang merebus Serbia & Montenegro 6-0. Ya, enam kosong. Sebelumnya seharian gue sama direksi 442 rapat seru soal cover edisi ke 2. Gue datang dengan ide dobel cover. Argentina dan Brasil. Ide itu datang karena ingin terus keep-up dengan profil yang baik yang sudah terpatri di benak pasar terhadap 442. Sentimennya bagus.
Tapi ini sebuah keputusan gambling yang sangat amat beresiko. Sebab kita terbit sekitar tanggal 29. Sementara Argentina sudah menyelesaikan putaran keduanya. Kalau kalah gimana? Yang lebih parah: bagaimana kalau Argentina kalah dan tidak lolos ke putaran 2? Ada yang bilang tidak mungkin. Tapi bisa saja terjadi. Begitu juga dengan Brasil. Tapi kalau Brasil, rasanya tidak ada yang tidak memprediksikan mereka. Kalau sampai salah publik akan maklum.
Perhitungan pun digelar. Debat sana-sini. Sempat diputuskan cover Argentina di drop. Tapi gue membuat situasi goyang lagi dengan merasa sangat sayang dengan disain yang dibuat anak-anak grafis. Bisa sangat shocking. Lihat saja nanti. Disamping gue melihat potensi besar Argentina melaju jauh melewati putaran ke dua.
Akhirnya diputuskan tunggu Argentina Vs Serbia.
Dan hasilnya luar biasa mengejutkan. Baru menit ke 6, Rodriguez sudah mencetak gol hasil permainan passing yang cantik. Gol keduan Argentina lebih gila lagi. Setelah menjalani 24 kali passing, Crespo dengan brilian melakuan backheel pass yang disambar Cambiasso.
Selanjutnya gol-gol mengalir lewat passing game paling memikat yang pernah gue tonton.
Kenapa Serbia yang dikenal punya pertahanan tangguh dan tebal bisa seperti ini? Jawabannya adalah benturan gaya permainan.
Selama babak penyisihan Serbia menghadapi gaya permainan Eropa yang cenderung cepat, keras dan tegas. Bola cenderung datang langsung menusuk. Mereka bisa menangani itu dan cuma kebobolan satu gol. Ini dahsyat.
Namun saat bertemu gaya Latin Argentina yang menari-nari, Serbia tidak punya pengalaman. Tembok yang kukuh itu mendadak jadi terlihat kaku menghadapi serangan yang lincah.
Profil pemain bertahan Serbia itu kukuh dan siap menahan gempuran langsung. Plus bola-bola atas. Begitu yang dihadapi adalah umpan backheel atau kaki-ke-kaki yang begitu tricky tak terbaca, mereka bagai kue lapis bertemu silet. Terbelah dengan mudah.
Boy Wonder Messi yang dimasukkan di babak kedua pun bisa menghasilkan satu assist buat Crespo dan mencetak gol ke 6.
Luar biasa Argentina. Semua pemain bermain dengan sangat prima. Nyaris tidak ada bintang lapangan. Tapi Rodriguez, Riquelme, Tevez, Mascherano dan Messi layak diberi catatan khusus.
Selanjutnya Belanda lawan Pantai Gading. Sesuai dugaan gue partai ini berlangsung frontal dan seru. Pantai Gading punya kecepatan yang tinggi dan tendangan keras yang mematikan.
Belanda sendiri akhirnya bisa bermain lebih imbang. Tidak hanya mengandalkan sisi kiri. Basten menjalankan taktik dengan selalu merotasi Robben dan Van Persie. Serangan lebih mengalir dan menyeluruh. Belanda mencuri gol lebih dulu di menit 23 lewat tendangan bebas Van Persie yang terukur.
Empat menit kemudian, Robben memberikan umpan pada Ruud Nistelrooy. Gol yang mungkin membuat Sir Alex Ferguson akan berpikir ulang dan ingat kalau Ruutje memang striker kelas dunia.
Selanjutnya Pantai Gading melawan. Belanda juga terus dominan dengan Van Persie yang bermain cemerlang. Seolah ingin menunjukkan pada dunia kalau Belanda bukan tim 'kidal'.
Belanda bermain khas. Menyerang dan menyerang dengan pertahanan yang terbuka. Akibatnya menit 38 sebuah gol indah di cetak Kone.
Pada babak kedua, Van Basten menunjukkan kelasnya sebagai pelatih. Dia pun mengejutkan dunia dengan memperlihat apa yang selama ini jarang terlihat. Belanda ternyata bisa bertahan.
Bukan, bukan bermain negatif. Tapi memainkan taktik bertahan dengan displin dan penuh konsetrasi. Basten menarik Ruutje dan memasukkan Landzaat. Gelandang bertahan. Ini menunjukkan kalau 'bertahan' dalam kamus Basten adalah menebalkan lapangan tengah bukan menambah bek. Sementara Van Der Vaart yang punya naluri menyerang tinggi juga dimasukkan mengganti Sneijder yang midfielder murni. Terlihat imbangan yang dilakukan Basten.
Meski begitu, gue tetap ragu. Walau berharap Belanda juara, deep down inside gue merasa ini bukan saatnya. Pemain-pemain Belanda kali ini muda-muda. Sementara putaran kedua adalah ujian mental. Karakteristik Robben, Persi, Sneijder dan yang lain masih gampang sekali diintimidasi. Bahaya kalau nanti bertemu Jerman atau Argentina yang dikenal sering bermain-main dengan mental lawan.
Mungkin sekarang jadi batu uji buat jadi kampiun di Piala Eropa 2008. Setelah itu baru 'tertawa paling akhir' di Piala Dunia 2010.
Mudah-mudahan gue salah.
Kejutan berikutnya datang dari Mexico-Angola. Didengungkan sebagai kuda hitam yang kuat Mexico malah melempem. Ditahan seri tanpa gol oleh Angola yang bermain taktis. Bahkan dengan sepuluh orang saat Andre Macanga, midfielder Angola, diusir wasit.
Mexico seperti kehilangan kelincahan dan kerja keras yang ditunjukkan saat menerabas Iran 3-1. Posisinya jadi sedikit terancam Angola yang nanti pertandingan terakhir melawan Iran. Sementara Mexico ditunggu Portugal.
Portugal sendiri mengirim Iran pulang dengan skor 2-0. Meski bermain dengan menganggap remeh lawan, Portugal masih bisa menang. Untung saja. Para pemain Portugal seolah ingin menujukkan skill mereka pada dunia. Terkesan sombong dan ingin bermain elegan. Terutama Figo dan C. Ronaldo.
Sayang sekali Iran tidak bermain seimpresif saat melawan Mexico. Mereka memilih bertahan. Akibatnya permainan pun setengah lapangan.
Meski begitu beberapa kali ada juga serangan Iran yang nyaris membalik keadaan. Untung saja Deco membuat gol bagus dari luar kotak penalti. Setelah itu gol berikutnya dicetak C. Ronaldo lewat titik penalti.
Namun tidak ada yang mengejutkan gue saat Ghana menekuk salah satu tim yang memikat gue di pertandingan pertamanya. Ghana menelan Republik Ceska 2-0.
Ghana memang berpotensi. Saat melawan Italia saja, kalau mental mereka bisa menahan napsu bisa jadi lain ceritanya. Saat masalah mental sepertinya kelar dan mereka bermain lebih tenang, kereta laju Eropa pun dihentikan.
Benar-benar dihentikan. Lapangan tengah Ceska yang biasanya mendudu, ditahan oleh Stephen Appiah dan kawan-kawan. Rosicky, Nedved dan Poborsky seperti tidak bisa mengembangkan permainan. Modal anak-anak Ghana adalah kekuatan fisik dan skill khas Afrika yang natif.
Hasilnya gol paling cepat sejauh ini. Menit ke 2, Asamoah Gyan memaksa Peter Chech mengambil bola dari dalam jaringnya.
Selanjutnya Ceska yang digempur. Meski sesekali Ceska menyerang, mereka kehilangan Koller sang menara di barisan depan. Berpengaruh sekali hilangnya sang striker penggampar bola itu. Seolah serangan Ceska tak berujung.
Ghana terus memainkan passing-passing pantul yang sulit ditebak. Dan mereka bermain lebih dingin dan lebih tenang. Mulai bisa mengontrol emosi.
Malah Ceska yang kehilangan pemain ketika Ujfalusi dihadiahi kartu merah dan mengakibatkan penalti. Meski penalti Gyan membentur tiang gawang.
Peter Cech pun menunjukkan dirinya sebagai kiper luar biasa. Kalau dia tidak bermain sedahsyat itu, Ceska bisa disikat 4-0 oleh Ghana. Hanya akhirnya tendangan Muntari yang luar biasa keras menaklukan kembali Chech.
Kalau Ghana terus bermain begini bisa-bisa dia juara grup. Mereka akan berhadapan dengan USA di pertandingan terakhir grup. Sayang Gyan dan Muntari tidak bermain karena akumulasi kartu kuning.
Kenapa Ghana juara grup? Karena Italia memberikan kejutan di pertandingan berikutnya. Melawan USA anak-anak Italia menunjukkan partai paling brutal dalam sejarah Piala Dunia yang menghasilkan tiga kartu merah. Satu buat De Rossi yang menyikut lawan hingga berdarah. Dua lagi buat Pablo Mastroeni dan Eddie Pope dari USA.
Sepuluh lawan 9. Hasilnya 1-1. Karena setelah unggul lewat gol Gilardino, Zaccardo membobol gawangnya sendiri.
USA sendiri di luar dugaan bermain luar biasa. Bruce Arena memasukkan Clint Dempsey yang terbukti merepotkan barisan Italia yang entah kenapa tidak solid. Mereka seperti menganggap enteng lawan hingga mengurangi konsetrasi. Menit ke 22 memang mereka unggul, tapi menit ke 27 mereka kebobolan sendiri.
USA menunjukkan semangat bermain yang tinggi. Bahkan di menit 65 gol Beasley dianulir karena offside.
Grup ini akhirnya jadi sulit diperdiksi. Italia pegang nilai 4. Ghana 3. USA 1 dan Ceska 3. Siapa saja bisa lolos. Skenarionya jadi seru. Bisa jadi ada kejutan lagi nanti.
nb: udah mulai ngerti bola kan kamu sekarang, Ma? :D
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home