Tuesday, June 13, 2006

Mental, Taktik dan Ceska Yang Ciamik

Jepang dan Ghana dikalahkan mental, Ceska main ciamik.

Pertama-tama mari bicara Republik Ceska lawan USA. Pavel Nedved dkk menampilkan sepakbola menyerang yang dahsyat. Persis seperti kereta api Eropa. Cepat, keras dan mematikan. Determinasi tinggi. Ah, mereka memang selalu begini. Piala Eropa 2004 di Portugal juga memikat hati. Siap melibas saja. Tapi entah kenapa selalu bisa dikalahkan di partai-partai penting.

Mungkin bisa dilihat saat melawan USA semalam. Serangannya begitu mengalir. Baru empat menit si raksasa Koller sudah 'menampar' bola dengan kepalanya ke gawang Keller. Menampar karena Koller menyundul nyaris tanpa melompat.

Lalu serangan pun terus mendudu. Mengalir dari Poborsky, Nedved dan Rosicky. Nama terakhir ini nantinya akan jadi bintang pertandingan. Tapi gue lihat keberanian dan keriangan menyerang ini membuat mereka kadang melupakan pertahanan. Reyna, kapten USA, sempat melepaskan tendangan yang membentur tiang gawang Cech, kiper Ceska, dalam sebuah serangan balik yang cepat. Kalau saja ini bukan USA yang kelasnya memang dua level di bawah, bisa jadi Cech memungut bola dari jarinya lebih dari sekali.

Tomas Rosicky memang bintangnya. Dengan dua gol yang dahsyat bocah yang sudah dibeli 8 Juta Poundsterling oleh Arsen Wenger untuk memperkuat lapangan tengah Arsenal ini bermain dengan penuh energi sekaligus menunjukkan mental pemain kelas dunia. Lihat saja gol keduanya ke gawang Keller yang sangat manis itu.

USA nyaris tidak melawan. Sesekali memang Donovan atau Reyna mencoba menusuk. Tapi galangan pertahanan Ceska yang diasuh sang kapten Galasek masih cukup kuat menahannya. Tapi lain ceritanya bila nanti berhadapan dengan penyerang-penyerang papan atas dunia.

Bruce Arena, sang pelatih, harus memikirkan pertahanan USA yang jadi sentral kekalahan malam itu. Begitu mudah sekali striker lawan langsung berhadapan dengan Keller dan banyak celah yang memungkinkan long shot-long shot pemain tengan lawan membuat Keller jungkir balik.

Intinya, Ceska contender yang berbahaya.

Lalu sekarang Australia Vs Jepang. Pertandingan yang menarik. Menunjukkan taktik dan mental. Juaranya adalah Guus Hiddink. Australia setelah ketinggalan 1-0 membalik keadaan jadi 3-1. Dengan pahlawan bernama Tim Cahill.

Awal pertandingan apa yang gue prediksi kejadian. Jepang meningkat jauh skill-nya di tangan si Pele putih Zico. Mereka bermain cepat dan lincah. Semua pemain bergerak menekan saat memegang bola. Gue mencatat bek kiri Komano sebagai potensi yang dahsyat. Selalu naik membantu serangan tapi tetap ketat menjaga pertahanan.

Ilmu yang paling meningkat adalah passing one-two yang baik. Nakata, Fukunishi dan Nakamura menjadikan lapangan tengah Jepang seperti belut dan menyengat. Takahara dan Yanagisawa juga selalu bergerak. Pertahanan Australia sempat terlihat gugup.

Di menit ke 26, umpat melengkung Nakamura malah nyemplung masuk gawang Australia. Memang sempat terjadi kontroversi kiper Australia Mark Schwarzer sempat dilanggar. Tapi wasit mengesahkan gol tersebut. Jepang pun terus menekan Australia. Dan Australia mulai bangkit dan merepotkan kiper Jepang Kawaguchi yang bermain tenang dan cemerlang.

Beberapa kali Bresciano, Kewell dan Viduka menyerang. Dimentahkan beberapa kali juga oleh Kawaguchi. Hiddink terlihat berpikir. Dan dia adalah pelatih yang tahu persis apa yang dia punya. Apa saja materi-materi pemainnya.

Hiddink pun memasukkan Tim Cahill, Kennedy dan John Aloisi. Berhasil. Didukung mental Jepang yang perlahan dari percaya diri jadi over confident. Terutama Kawaguchi. Beres dipuji-puji rekannya setelah menahah sebuah tendangan bebas yang keras, dia membuat blunder di paruh ke dua.

Sebuah lemparan ke dalam coba ditangkapnya dengan keluar dari sarang. Padahal suasana kotak penalti sedang penuh dan pepat. Timing lompatnya pun salah. Akibatnya bola lepas dan gawang kosong. Cahill pun melepaskan sepakan keras dan masuk.

Mental pemain Jepang langsung drop. Ditambah fisik yang meredup karena permainan cepat sepanjang babak pertama. Cahill mencetak lagi gol lewat celah yang dilihat dengan tendangan keras dari luar kotak penalti. Setelah itu Aloisi melengkapi dominasi Australia dengan gol ketiganya.

Inilah sepakbola. Rentang waktunya 90 menit dengan lapangan luas dan pemain banyak. Konsentrasi, mental baja dan ketenangan menjadi kunci penting. Berbeda dengan basket yang terus mengalir cepat misalnya. Para pemainnya pasti akan alert dengan sendirinya. Sementara sepakbola adalah disiplin terhadap diri sendiri. Karena bisa saja pada saat tim sedang menyerang, para pemain belakang tergoda untuk sedikit santai. Lantas tahu-tahu datang serang balik secepat kilat. Lengah sedikit tim yang tadinya sudah pasti menang bisa kalah dengan tim yang tekun berdisiplin.

Perhatikan apa yang dilakukan Hiddik dia memasukkan tiga pemain pengganti dan dua di antaranya jadi penentu kemenangan. Kejelian taktik seperti ini yang akan bisa terus membuat Australia cukup diperhitungkan. Hanya saja kadang pemain Australia cenderung bermain kasar kalau sudah tertekan. Merusak mental mereka sendiri.

Dini harinya, Italia menghadapi Ghana. Pertandingan yang juga seru dan cepat. Berakhir 2-0 buat Italia.

Ajaibnya di babak pertama Italia tidak bermain terlalu bertahan. Meski Ghana bermain impresif lewat Essien yang menjadi motor. Buffon harus jungkir balik beberapa kali. Cannavaro pun bermain cemerlang. Ini mahluk yang dulu menjepit Belanda di Euro 2000. Sekarang dia jadi kapten Italia dan mian matang.

Cannavaro banyak menghentikan serbuan bocah-bocah Ghana yang powerful itu. Asamoa Gyan, Amoah, Muntari berkali-kali menusuk masuk. Tapi mentok. Terasa sekali kengototan Ghana. Hingga terlihat menjadi obesesi yang mempengaruhi mentalitas mereka. Serangan Ghana kerap terburu-buru di tahap akhir. Seolah harus, harus dan harus. Tidak tenang.

Pirlo mencetak gol hasil set-up sepak pojok yang cerdas. Setelah itu bintang baru Ghana pun bersinar. Namanya Richard Kingston sang kiper. Dia berhasil menahan ambisis Luca Toni mencetak gol perdananya di Piala Dunia. Serangan-serangan lain dari Italia juga berulang berhenti di ujung sarung tangan Kingston. Membal semua.

Babak kedua Ghana masih tetap obsesif. Terlihat sekali nafsu pembuktian diri yang tidak sehat. Akibatnya masih seperti babak pertama, serangan Ghana nyaris tidak terselesaikan. Kalau pun hampir jadi, masih ada Buffon yang juga bermain dalam perfoma yang terang.

Mentalitas pun kembali berbicara. Ketika dengan gugup Samuel Kuffour, bek berbakat Ghana yang bermain di AS Roma, melakukan back pass tanggung yang dicuri Iaquinta. Dua kosong buat Italia. Back pass itu bentuk dari keterburu-buruan untuk menghentikan sergapan Italia dan ingin segera menyerang balik.

Kuffour pun langsung mencium rumput penuh sesal.

Italia bisa melaju jadi juara grup kalau terus konsisten. Sementara Ghana masih punya kesempatan. Asal bisa mengatur obsesi mereka. Lebih tenang. Sebab skill pemainnya tinggi dan rata. Berbeda dengan Pantai Gading.

Nanti malam Brazil-Croatia nih. Seperkasa apakah Samba? Kita lihat saja.


nb: nggak tanggung ya Ma kamu jadi suka bola juga... :D

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home