Inggris Yang Miris, Swedia Mengingatkan Semua Orang
Inggris bermain cukup mengecewakan.
Meski mereka menang 1-0 dari Paraguay tapi itu pun hasil bunuh diri Carlos Gamarra, bek Paraguay sekaligus kapten saat menghalau tendangan bebas Beckham. Selanjutnya Inggris bermain tanpa inspirasi. Bola memantul-mantul tidak jelas.
Owen seperti jogging saja di lapangan. Crouch nampak seperti gagang sapu yang berlari sambil berusaha menyundul bola yang tak kunjung cantik datangnya dari lapangan tengah.
Ya, lapangan tengah problem utamanya. Eriksson belum menemukan formula yang pas saat meramu dua midfielder dengan karakter kembar macam Lampard dan Gerard. Keduanya malah membuat skema Inggris jadi tidak jelas. Beckham sampai harus menjemput bola jauh ke garis gawangnya sendiri. Begitu juga dengan Joe Cole di sayap kiri. Meski sesekali berusaha menusuk tapi selalu gagal.
Dua puluh menit pertama memang Inggris sempat menujukkan energi mereka. Tapi setelah itu tidak ada lagi. Alasannya adalah stamina yang dikuras panas Waldstadion di Frankfrut saat itu, yang mencapai 30 derajat. Tapi ini bukan alasan buat gue. Ini Piala Dunia. Stamina dan mental memang harus digenjot ekstra.
Satu-satunya kesempatan emas adalah saat tembakan jauh khas Lampard ditepis Justo Villar, kiper Paraguay. Selain itu tidak ada lagi. Sementara Paraguay sendiri bermain tidak terlalu istimewa sebenarnya. Roque Santa Cruz yang jadi andalan di depan hanya sesekali saja mendapatkan bola dan nyaris tidak membuat Paul Robinson, kiper Inggris 'berkeringat'. Membosankan sekali.
Eriksson harus bisa memutuskan apakah Lampard atau Gerard. Sulit untuk memainkan Lampard dan Gerard di lapangan tengan. Atau mengorbankan satu striker dengan formasi 4-4-1-1. Dimana Gerard menjadi second striker di belakang Owen atau Rooney.
Bahaya bagi Inggris kalo bermain seperti itu adalah Swedia. Di pertandingan berikutnya, Swedia seperti mengingatkan pada dunia, kalo mereka tim yang bagus. Dan kembali mengingatkan kalo Swedia bukan cuma punya Henrik Larsson. Mereka punya Zlatan Ibrahimovic, lalu ada Fredrik Ljungberg, salah satu pemain favorit gue di Arsenal. Melawan debutan Trinidad & Tobago, Swedia main dengan kecepatan yang bisa merepotkan siapa saja.
T&T bermain dengan gagah berani juga meski bertahan dan bermain keras. Sampai kartu merah harus didapat oleh bek Avery John. Tapi bintangnya Shaka Hislop, kiper mereka. Seperti kerasukan setan, dia menepis semua tendangan yang kira-kira 80% harusnya menjadi gol.
Hasil pertandingan memang 0-0. Tapi seru sekali. Tanda kalo Inggris ada di grup yang sangat merepotkan. Apalagi dengan kualitas permainan yang mereka tampilkan di awal pertandingan ini.
Segitu dulu.
nb: tenang Ma, aku minum vitamin kok... :)
Meski mereka menang 1-0 dari Paraguay tapi itu pun hasil bunuh diri Carlos Gamarra, bek Paraguay sekaligus kapten saat menghalau tendangan bebas Beckham. Selanjutnya Inggris bermain tanpa inspirasi. Bola memantul-mantul tidak jelas.
Owen seperti jogging saja di lapangan. Crouch nampak seperti gagang sapu yang berlari sambil berusaha menyundul bola yang tak kunjung cantik datangnya dari lapangan tengah.
Ya, lapangan tengah problem utamanya. Eriksson belum menemukan formula yang pas saat meramu dua midfielder dengan karakter kembar macam Lampard dan Gerard. Keduanya malah membuat skema Inggris jadi tidak jelas. Beckham sampai harus menjemput bola jauh ke garis gawangnya sendiri. Begitu juga dengan Joe Cole di sayap kiri. Meski sesekali berusaha menusuk tapi selalu gagal.
Dua puluh menit pertama memang Inggris sempat menujukkan energi mereka. Tapi setelah itu tidak ada lagi. Alasannya adalah stamina yang dikuras panas Waldstadion di Frankfrut saat itu, yang mencapai 30 derajat. Tapi ini bukan alasan buat gue. Ini Piala Dunia. Stamina dan mental memang harus digenjot ekstra.
Satu-satunya kesempatan emas adalah saat tembakan jauh khas Lampard ditepis Justo Villar, kiper Paraguay. Selain itu tidak ada lagi. Sementara Paraguay sendiri bermain tidak terlalu istimewa sebenarnya. Roque Santa Cruz yang jadi andalan di depan hanya sesekali saja mendapatkan bola dan nyaris tidak membuat Paul Robinson, kiper Inggris 'berkeringat'. Membosankan sekali.
Eriksson harus bisa memutuskan apakah Lampard atau Gerard. Sulit untuk memainkan Lampard dan Gerard di lapangan tengan. Atau mengorbankan satu striker dengan formasi 4-4-1-1. Dimana Gerard menjadi second striker di belakang Owen atau Rooney.
Bahaya bagi Inggris kalo bermain seperti itu adalah Swedia. Di pertandingan berikutnya, Swedia seperti mengingatkan pada dunia, kalo mereka tim yang bagus. Dan kembali mengingatkan kalo Swedia bukan cuma punya Henrik Larsson. Mereka punya Zlatan Ibrahimovic, lalu ada Fredrik Ljungberg, salah satu pemain favorit gue di Arsenal. Melawan debutan Trinidad & Tobago, Swedia main dengan kecepatan yang bisa merepotkan siapa saja.
T&T bermain dengan gagah berani juga meski bertahan dan bermain keras. Sampai kartu merah harus didapat oleh bek Avery John. Tapi bintangnya Shaka Hislop, kiper mereka. Seperti kerasukan setan, dia menepis semua tendangan yang kira-kira 80% harusnya menjadi gol.
Hasil pertandingan memang 0-0. Tapi seru sekali. Tanda kalo Inggris ada di grup yang sangat merepotkan. Apalagi dengan kualitas permainan yang mereka tampilkan di awal pertandingan ini.
Segitu dulu.
nb: tenang Ma, aku minum vitamin kok... :)
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home