Saturday, June 10, 2006

Pembukaan

Pembukaan Piala Dunia yang luar biasa. Jerman menekuk Costa Rica 4-2.

Kalo gue nggak salah ini adalah salah satu opening game dengan jumlah goal terbanyak dalam sejarah Piala Dunia. Dengan tuan rumah yang bermain. Rekor sebelumnya dipegang Brasil 1950 saat Brasil melibas Mexico 4-0. Bahkan untuk non tuan rumah pun ini yang terbanyak Rekor sebelumnya Swedia 1954, ketika Brasil kembali menelan Mexico 5-0.

Sekarang mari bicara tekanan pertandingan di Piala Dunia untuk tim besar. Yang kerap menghadirkan kejutan sejarah. Di Piala Dunia 1990 adalah contoh klasik yang akan selalu diingat orang. Ketika tim juara bertahan yang dipimpin oleh orang yang dianggap Tuhan Sepakbola oleh bangsanya harus ditekuk oleh singa-singa underdog dari Afrika. Ya, gue bicara ketika Argentina dibungkam Kamerun. Ketika kharisma Maradona dipatahkan oleh sundulan seorang pemain yang kakinya besar sebelah bernama Oman Biyik. Dunia seperti disobek matanya.

Lantas partai pembukaan Korea-Japan 2002. Ketika juara bertahan Perancis berhasil dibungkam 1-0 oleh tim debutan Piala Dunia, Senegal.

Lantas bagaimana dengan Jerman? Tuan rumah dan dikenal macannya turnamen. Tahun 1974 mereka menang kampiun di tanah sendiri. Sekarang mereka harus main di partai pembukaan. Tanpa andalan Michael Ballack yang cedera.

Gue adalah pembenci Jerman. Permainan mereka yang lambat dan dingin terasa begitu dull. Tapi mereka selalu menunjukkan mental turnamen yang luar biasa. Punya percaya diri sembilan. Permainan mereka begitu statis tapi menekan. Tidak atraktif. Bahkan kadang nggak jarang mereka itu memang karena 'beruntung'. Protes? Ingat kembali final PD 1990, ketika diving Klinsmann [yang sekarang pelatih Jerman] menciptakan penalti yang menjadi satu-satunya gol di salah satu Piala Dunia terburuk itu.

Tapi babak pertama pembukaan, Jerman mengejutkan gue. Bahkan mengejutkan semua orang. Mereka bermain begitu fluid. One touch dan cepat. Tendangan-tendangan jarak jauh mereka rata-rata on target. Buat bisa seperti ini, butuh mental dan percaya diri yang tinggi. Permainan mereka membuat seolah-olah itu bukan partai pembukaan yang sarat beban. Mereka bermain sangat lepas dan berani. Terasa sekali ilmu dan gaya Klinsmann di sana. Lari cepat, menyerang dan langsung ke gawang. Klinsmaan semasa jaya dijuluki 'kijang' karena kecepatannya.

Hasilnya Philip Lahm membuat gol melengkung yang cukup indah pada menit 16. Berikutnya nanti Klose mencetak dua gol dan ditutup sebuah gol luar biasa dari Frings.

Mengejutkan. Dalam hati gue bertanya: "Masa gue harus suka sama permainan Jerman sih?!" Tapi kenyataannya mereka memang bermain memikat. Problem ada di pertahanan. Entah kenapa Klinsmaan memainkan pertahanan sejajar di sebuah negara yang pernah punya libero terbaik terbaik dunia, Der Kaizer Beckenbauer. Akibatnya jebakan offside yang diterapkan lewat pertahanan sejajar itu dua kali ditembus Paul Wanchope. Dua gol buat Costa 'The Ticos' Rica.

Tapi neo Jerman itu hanya 45 menit saja. Babak kedua, kembali muncul wajah Jerman lama. Yang men-delay bola. Menurunkan irama. Ini dia sepakbola Jerman. Kalo Belanda memainkan ruang dan positioning, Jerman menguasai tempo permainan dengan mental baja. Dengan sangat dingin dan tenang mereka menekan perlahan bak panser. Kadang dari sana itulah mereka mendapatkan keberuntungan di menit-menit akhir.

Klinsmann seperti punya dua kartu. Di babak awal dia akan memainkan kartu cepat dan terbuka sambil berusaha mencetak gol sebanyak-banyak. Di babak kedua dia akan kembali pada tradisi [dicurigai ini juga karena masalah stamina]. Kecuali libero. Ini yang jelas jadi pertanyaan banyak orang. Klinsmann memainkan jebakan offside dengan dua bek besar bak Tower yang tidak lincah berlari. Arne Friedrich bisa jadi yang disalahkan terjadinya dua gol buat Wanchope.

Gue suka gol kedua Jerman oleh Klose. Dimulai serangan ke wilayah kiri Costa Rica oleh sang kapten Schneider. Bola ditarik sampai sudut tendangan pojok. Tapi alih-alih memberikan umpan lambung standard, Schneider dengan cerdas memberikan umpan datar miring ke tengah yang disambut Bastian Schweinsteiger. Schweinsteiger pun dengan apik memberikan umpan silang ke depan gawang Costa Rica buat dicocor oleh Klose. Sepakbola cerdas.

Tapi belakang yang kropos bahaya besar buat Jerman saat berhadapan tim dengan striker cepat dan lincah. Seperti Inggris, Swedia, Belanda dan lainnya.

Sekarang pertandingan kedua.

Ekuador lawan Polandia. Polandia tetap dijagokan. Mengingat mereka punya sejarah yang bagus di Piala Dunia. Jaman keemasan mereka adalah saat Jerman 1974 saat dipimpin Grzegroz Lato dan Zbigniew Boniek. Mereka ditekuk Jerman saat di semifinal di lapangan yang tergenang air.

Polandia sekarang ternyata memalukan sejarahnya sendiri. Mereka ditekuk Ekuador 2-0 lewat permainan kolektif dan determenatif. Dua gol dicetak Carlos Tenario dan Agustin Delgado, mantan pemain Southampton. Tapi yang mengontrol permainan adalah Edison Mendez sang playmaker. Polandia sendiri bermain dengan sangat gugup. Tidak menunjukkan kelas tim Eropa.

Yang jelas Fernando Suarez, pelatih Ekuador, berhasil mengubur anggapan sinis kalo Ekuador lolos Piala Dunia karena memenangkan pertandingannya di dataran tinggi negara mereka saja.

Segitu dulu deh. Nanti dilanjutkan.

nb: aku masih 'waras' kok Ma...

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home