Wednesday, June 21, 2006

Menuju Perdelapan

Mulai menjelang babak hidup-mati.

Impaknya beberapa tim yang sudah pasti lolos seperti ingin bersiap dengan bermain aman di pertandingan terakhir grup masing-masing.

Ekuador contohnya. Melawan Jerman, Luis Suarez menyimpan lima orang pemain intinya. Termasuk duet pencetak gol Carlos Tenario dan Agustin Delgado.

Sementara Jerman dengan beraninya turun full team. Termasuk Ballack yang sudah menyimpan satu kartu kuning. Sepertinya Klismann ingin menunjukkan pada publik Jerman kalau timnya adalah tim yang haus kemenangan. Sekaligus mencoba menghindari Inggris.

Dan Jerman dengan sialannya membuktikan itu. Klinsmann sepertinya mengerjakan PR-nya dengan baik. Dia melihat bagaimana Ekuador saat menekuk Polandia yang merupakan tim Eropa. Kekuatan Ekuador adalah permainan lincah dari tengah. Ciri khas tim dengan fisik yang lebih kecil dibanding Eropa.

Untuk itu, Klinsmann mengintruksikan pemainnya bermain bola panjang. Langsung ke kotak berbahaya lawan. Ekuador terlihat kelabakan diserbu begitu rupa dan pola mereka yang tidak berkembang.

Akibatnya baru empat menit main, Klose sudah menambah koleksi golnya. Berawal dari umpan panjang langsung ke Bastian Schweinsteiger yang kembali dengan cerdik melakukan track ball datar ke pada Klose. Ini membuktikan kalau Schweinsteiger adalah pemain dengan visi tajam. Saat di partai pembukaan dia melakukan umpang matang yang jadi ke gol untuk Klose.

Semenit menjelang turun minum Klose kembali menambah gol. Kali ini Ballack yang menjadi otaknya. Kapten Jerman itu secara cerdik memberikan umpan daerah pada Klose dengan mencungkil bola.

Lalu sebagai gol penutup Lukas Podolski yang dianggap belum on form akhirnya menceploskan bola.

Jerman bermain impresif. And I hate that.

Sementara di partai berikutnya, Inggris kembali bermain tidak meyakinkan melawan Swedia. Memang Inggris belum pernah menang selama 30 tahun terakhir kalau tidak salah dengan Swedia.

Semalam sejarah pun belum pecah. Skor 2-2. Duet Owen-Rooney yang ditunggu-tunggu dunia, secara tragis hanya terjadi dalam tempo 16 detik. Karena Owen terkena cedera akibat gerakannya sendiri saat mengoper bola. Cedera yang terlihat cukup parah. Akhirnya Peter Crouch pun masuk menggantikan Owen.

Dengan mencadangkan Gerrard karena sudah terkena satu kartu kuning, Eriksson menurunkan Hargreaves. Gue melihat hal ini entah kenapa seperti membuat Joe Cole bermain lebih berani. Seperti menemukan formnya. Hasilnya di menit ke 34, Cole membuat salah satu gol yang akan dikenang dalam sejarah Piala Dunia. Sebuah bola lob yang terukur.

Sayang di menit ke 51, Allback membalas gol itu. Gue melihat Lampard belum perform dengan baik. Dengan krisis striker seperti sekarang, serangan lapis ke dua sangat diharapkan. Dan kalau Lampard main, maka Gerrard yang naluri golnya terbukti lebih baik jadi lebih defensif. Kalau Lampard menemukan iramanya, harusnya paduan dua orang ini jadi dahsyat. Karena second line Inggris jadi sangat berbahaya. Sayang Lampard masih belum on fire.

Rooney sendiri bermain seperti biasa. Hanya saja masih belum fit 100%. Sodokannya masih belum semembunuh biasanya. Dipasangkan dengan Crouch malah tidak cocok. Karena keduanya sama-sama striker yang beroperasi dari belakang striker yang jadi target man.

Rooney pun ditarik Eriksson keluar, dan bocah temparemental itu pun memukul atap bench. Gerrard masuk dan mencetak gol di menit ke 85. Gue pikir ini formasi yang pas. Satu striker dengan Gerrard dan Lampard mengintai di second line. Hargreaves jadi jangkar di tengah.

Sayang Swedia memang benar-benar tahu bagaimana menghadapi Inggris. Di menit 90 Larsson membalas gol Gerrard dengan memanfaatkan keterlambatan Sol Campbel menghalau bola.

Dua pertandingan lainnya, Poland-Costa Rica dan Paraguay-Trinidad & Tobago terlihat seperti persahabatan. Tapi tetap semangat. Poland-Costa Rica sudah tidak mungkin lolos, tapi keduanya bermain lepas. Poland menang 2-1 lewat gol yang diborong Bosacki di menit 33 dan 66. Sementara Costa Rica unggul lebih dulu lewat Gomez di menit 24.

Sementara Trinidad & Tobago yang kalau saja menang bisa berharap lolos, malah ditekuk Paraguay 2-0. Satu lewat own goal Sancho di menit 25 dan satu lagi Cuevaz di menit akhir pertandingan.

Jadilah T & T pulang tanpa menciptakan gol sama sekali di Piala Dunia pertama mereka.

Ah nanti malam Argentina lawan Belanda. Kita lihat apakah keduanya bakal main safe atau jaga gengsi. Gue sih berharap Belanda main ngotot. Karena ini Piala Dunia mentalitas lebih bicara. Bahaya sekali kalau bermain safe. Resikonya bisa kehilangan momentum. Dulu pernah terjadi pada Nigeria di Perancis 98. Mereka bermain safe saat sudah pasti lolos ke babak 16 besar. Di partai hidup mati itu mereka disikat Denmark 4-1. Oliseh, pemain Nigeria, mengatakan dengan bermain safe, Nigeria kehilangan momentum yang saat itu sedang menanjak naik.

Dan kalau Belanda bisa menekuk Argentina, akan menyuntikkan darah mentalitas yang penuh. Disamping menjaga supremasi 10 taun terakhir, dimana Argentina belum pernah menang lawan Belanda.

Kuncinya adalah dengan mempersempit lapangan tengah dan memaksimalkan Robben dan Van Persie. Atau bisa juga dengan langsung bermain lebar dan menahan tik-tak Argentina di barisan belakang.

Ah, cross the finger!


nb: udah sampe mana Gilmore Girlsnya, Ma? :)

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home