Wednesday, July 12, 2006

Another Big Party

Setelah Piala Dunia, sekarang mari kita sambut delapan besar liga Indonesia!


Masih ada sisa yang mengganjal dari Piala Dunia kemarin. Apalagi kalau bukan pertanyaan: "Apa sebenarnya yang dikatakan Materazzi kepada Zidane?"

Sampai detik ini sih, sepanjang yang gue tau belum ada yang jelas. Terakhir ada klaim kalau Materazzi mencaci Zidane 'dirty terrorist'. Tapi Materazzi sendiri menolak keras. Zidane sendiri belum buka mulut. Pers Perancis masih menunggu.

Zidane sendiri mendapatkan Golden Ball atau Pemain Terbaik World Cup, yang merupakan hasil polling. Namanya ada di atas nama Cannavaro [jagoan gue buat Pemain Terbaik] dan Pirlo. Polling sendiri ditutup sebelum Zidane kena kartu merah.

Podolski mendapatkan Best Young Player. Lalu Klose mengoleksi sepatu emasnya dengan lima gol sepanjang turnamen.

Berikutnya adalah Delapan Besar Ligina [Liga Indonesia]. Nantinya akan berlanjut lagi Copa Indonesia [Piala Liga].

Delapan besar sendiri kali ini banyak diisi tim kejutan. Kompetisi berlangsung di dua kota, Solo dan Gresik.

Pertama grup A yang berlaga di Stadion Manahan Solo.

Di sini ada:

Group A
1. Arema Malang
2. Persik Kediri
3. PSIS Semarang
4. Persiba Balikpapan

Arema Malang, Persik Kediri dan PSIS Semarang dalam empat tahun terakhir telah menjadi salah satu poros kuat sepakbola Indonesia. Sementara Persiba Balikpapan, walau baru 2 tahun mencicipi panasnya Divisi Utama, adalah sosok kuda hitam yang bisa melejit. Di tangan pelatih Eddy Simon, Laskar Selicin Minyak tahun ini tampil mengejutkan. Diperkuat Lorenzo Cabanas [eks-Persija], Robbie Gaspar [eks-Persita] dan Sebastian Balbi [eks-Pelita KS], Persiba berani bermain terbuka. Hanya saja, kemungkinan besar mereka tidak bisa tampil full team di Solo. Beberapa pemain Persiba terancam sanksi akibat sepakbola brutal yang mereka peragakan pada laga terakhir di kandang PKT Bontang. Salah satu PR yang harus dikerjakan PSSI dan insan sepakbola.

PSIS sendiri yang pernah menjuarai Liga Indonesia musim 98/99 sempat 'memilih' bermain di Solo yang secara geografis lebih dekat. Ini sama dengan lancarnya kedatangan supporter dari Semarang, Mahesa Jenar [julukan PSIS] juga mengharapkan dukungan dari Pasopati, kelompok supporter Solo. Maklum, sesama Jawa Tengah. PSIS memang agak kental dengan nuansa primordialistiknya.

Oh, ya penentuan Solo-Gresik memang membuat beberapa tim seperti memilih lawan dan tempat pertandingan. BLI [Badan Liga Indonesia] menerapkan sistem: pengelompokan kontestan 8 besar. Juara dan peringkat 3 Wilayah Satu bermain di Solo, bersama runner up dan peringkat 4 Wilayah Dua. Juara dan peringkat 3 Wilayah Dua serta runner up dan peringkat 4 Wilayah Satu bermain di Gresik.

Dari hal di ataslah PSIS mengalah di dua pertandingan terakhir agar bisa bermain di Solo. Kandas 0-2 dari PSMS dan 0-6 dari PSDS. Strategi yang mungkin harus dibayar mahal nanti atau memang malah tepat.

Kalau Persik Kediri lebih berorientasi dalam memilih calon lawan. Berada di pucuk klasemen Wilayah Dua sejak awal kompetisi plus catatan produktiftas gol terbaik [53-24], Macan Putih cukup cerdas untuk bermain taktis mencari calon lawan di Wilayah Satu.
Hasil buruk jika bertemu PSMS Medan, pada babak 8 besar tahun 2005, Persik kandas 1-2 dari PSMS, selanjutnya Persik kembali kandas dengan skor sama pada partai final Piala Emas Bang Yos Desember lalu, membuat Macan Putih rada 'jiper' menghadapi Ayam Kinantan. Tak hanya itu, selain mencoba mengelak dari PSMS, Persik juga terlihat enggan bertemu Arema di babak 8.

Walau memiliki catatan cukup bagus menghadapi Singo Edan, nuansa pertemuan dengan Arema selalu membawa tekanan lebih layaknya sebuah derby sesama tim Jawa Timur. Berdasarkan peta kekuatan di Wilayah Satu, pada saat itu Arema berada di posisi runner up dan PSMS berada di peringkat 4 klasemen, secara realistis, Persik harus menyerahkan posisi juara Wilayah Dua kepada Persmin agar terhindar dari PSMS atau Arema. Caranya, 3 point masing masing diberikan kepada Persibom dan Persmin pada dua laga penutup. Sayang, strategi memilih lawan Persik justru berbalik arah; PSMS akhirnya gagal melangkah ke 8 besar, setelah mengakhiri putaran kedua di posisi 5 klasemen, dan Arema menjuarai klasemen Wilayah Dua.

Bagaimana dengan Arema? Berbeda dengan PSIS dan Persik yang memiliki strategi khusus untuk memasuki babak 8 besar, pemimpin klasemen Wilayah Satu Arema Malang justru tidak punya pilihan. Ketatnya persaingan di Wilayah Satu, menyebabkan Arema harus memenangkan semua pertandingan. Melepas dua laga terakhir hanya membawa Singo Edan berada di posisi 3 klasemen, yang juga mengharuskan mereka berlaga di Solo. Jadi, memang tidak ada pilihan lain.

Sekarang peta kekuatan di Gresik.

Group B
1. Persmin Minahasa
2. Persija Jakarta
3. PSM Makasar
4. Persekabpas Pasuruan

Empat tim ini akan bertarung di Stadion Tri Darma Gresik.

Jika di Solo diwarnai tiga tim asal Jawa, peta kekuatan di Gresik lebih merata; dari ibukota [Persija], Jawa Timur [Persekabpas], Sulawesi Selatan [PSM] dan Sulawesi Timur [Persmin]. Tak heran jika peluang untuk lolos ke babak semifinal terbuka sama lebarnya.

Hanya saja dari sisi non teknis, 'harapan' untuk lolos ke semifinal lebih bertumpu pada Persija dan Persekabpas. Sementara PSM dan Persmin, yang lebih sulit mendatangkan penonton ke Gresik, akan bermain lebih lepas.

PSM sendiri lebih menekankan pada regenerasi tim. Melepas sejumlah pemain bintangnya PSM membentuk tim baru yang bermaterikan pemain muda potensial. Juku Eja nyaris harus melupakan kiprahnya di 8 besar, jika tidak segera melengser kursi Carlos de Mello ke tangan meneer Henk Wullem. Pelatih yang membawa PSM sebagai Juara Liga Indonesia 1999/00 lalu. Setelah melepas sejumlah bintangnya, praktis kekuatan PSM hanya bertumpu Syamsul Chaerudin [salah satu duta Umbro di Indonesia dan pemain tengah favorit gue. gaya mainnya macam Owen Hargreaves] dan Ronald Fagundez. Tak heran jika PSM 'ringan' saja menghadapi laga 8 besar. Hal yang bisa jadi kekuatan Juku Eja nantinya.

Di kubu Persmin, meski menyandang predikat pemimpin klasemen Wilayah Dua, tim yang ditangani Joko Malis telah memberikan kado indah untuk pecinta sepakbola di tanah Minahasa dengan lolos ke babak 8 Besar. Apapun yang terjadi nanti di 8 besar bagi Laskar Manguni yang baru 2 tahun berlaga di Divisi Utama, tidak akan mengurangi indahnya kado tadi. Tapi kejutan kuda hitam di sebuah turnamen kita semua sudah sering lihat dan menjadi cerita klasik. Sebab kolektivitas Persmin adalah nilai lebih mereka.

Seperti Persmin, Persekabpas pun baru 2 tahun berkiprah di Divisi Utama. Tapi beban merek lebih berat. Ini tidak lepas dari jarak Gresik-Pasuruan yang hanya sepelemparan batu. Dukungan Sakera Mania dipastikan akan memadati Stadion Tri Darma Gresik. Hal ini akan membuat Persekabpas layaknya bermain di kandang mereka sendiri, Stadion Bangil. Apakah skuad muda Persekabpas bisa memuaskan harapan tinggi Sakera Mania, pendukungnya? Faktor pengalaman sepertinya bakal menjegal mereka. Kadang mereka suka asal ngotot.

Persija Jakarta menjadi satu satunya tim yang difavoritkan untuk lolos ke semifinal. Berbeda dengan tahun lalu ketika harus puas menjadi finalis di dua ajang sepakbola nasional, Liga dan Copa Indonesia, Persija banyak berbenah. Di tangan Rahmad Dharmawan, pelatih yang membawa Persipura menjadi juara Liga Indonesia 2005, Persija bermain lebih kolektif dibanding ketika masih ditangani Arcan Iurii.

Bukan cuma itu, mental bermain Macan Kemayoran juga telah banyak berubah. Seolah sadar dengan nama besar yang disandangnya, mental Macan kemayoran kian terasah. Ini tidak lepas dari masuknya nama-nama sarat pengalaman, seperti Joao Bosco Cabral [eks-PSPS], Marwal Iskandar dan Erik Mabenga [eks Persipura] atau Oscar Aravena [eks-PSM]. Kolaborasi para pemain 'senior' ini menjadi sebuah kekutan yang menjanjikan, karena pemain pemain muda seperti Hamkah Hamzah atau Agus Indra Kurniawan juga telah bertambah matang.

Segitu dulu deh. Nanti lagi soal 'sejarah' juara Liga Indonesia dan kemungkinan siapa yang ke semifinal.

Oh ya, Delapan Besar bakal disiarkan secara live oleh TV7 dan anteve mulai dari 17-23 Juli. Nanti finalnya kalo gue nggak salah di Solo tanggal 30 Juli.


nb: tuh kan aku nggak cuma tahu yang 'luar' aja Ma... :)

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home