Drama Begins!
Drama-drama yang menggetarkan hati mulai naik tensinya di Piala Dunia yang penuh taktik.
Salah satu yang cukup mendebarkan adalah pertarungan di grup E.
Ceska yang di luar dugaan ditekuk oleh Ghana harus menang lawan Italia. Karena baru memiliki nilai 3. Italia pun begitu. Karena bocah-bocah Italiano itu baru mengoleksi nilai 4. Ini seperti pertarungan hidup mati. Sebab Ghana yang sedang melawan USA juga masih punya kesempatan lolos ke babak 16 besar. Begitu juga USA yang menyimpan nilai 1 dan meningkat penampilannya.
Ceska adalah salah satu kuda hitam yang cukup kuat. Mereka punya ciri permainan yang khas. Cepat dan menusuk. Julukan kereta api cepat bukan omong kosong. Tapi entah kenapa permainan mereka tidak pernah konsisten dan gampang sekali frustrasi bila berhadapan dengan tim-tim dengan sejarah sepakbola lebih baik atau tiba-tiba diredam tim-tim underdog.
Di Piala Eropa 1996, dengan luar biasa mereka masuk final tapi ditelan Jerman. Begitu juga dengan Piala Eropa 2004. Mereka ditekuk sang juara cinderella, Yunani di semifinal.
Sekarang juga begitu. Impresif di pertandingan pertama dengan melumat USA 3-0. Mendadak kehabisan batu bara saat melawan Ghana. Lantas di pertarungan hidup-mati, mereka dihabisi Italia 2-0.
Pertarungannya sendiri seru sekali. Di babak pertama kedua tim bermain dengan kecepatan tinggi.
Nedved seperti sedang sial. Kurang lebih sekitar 3 atau 4 tendangan kerasnya diblok Buffon yang memang cemerlang. Di sudut gawang satunya lagi, Peter Cech juga menunjukkan kalau dia juga salah satu kiper terbaik dunia. Tapi pertandingan kemaren milik Buffon.
Marcello Lippi juga jadi pemenang. Dengan perhitungan matang dia tidak memasang top scorer pujaan publik Italia Luca Toni. Dia memasang Gillardino, Camoranesi dan Totti di barisan depan. Ketiganya bukan stiker murni, tapi attacking midfielder. Artinya Lippi mau matikan lapangan tengah Ceska yang berbahaya.
Taktik ini berhasil. Digabung dengan perangkap cerdas dengan menggunakan zona marking dan man to man marking. Membuat Kereta Cepat Ceska seperti menghadapi lumpur pekat di lapangan tengah. Bisa masuk tapi tidak bisa menembus lebih dalam. Milan Baros, sang stiker yang diharap bisa menggantikan Jan Koller, tidak berkutik.
Menit ke 17, Lippi terpaksa menarik Nesta, bek Italia yang cedera. Masuklah Materazzi. Dan 8 menit kemudian, lewat sepak pojok Totti, Materazzi mematahkan deadlock Italia dengan sundulannya yang menaklukan Peter Cech.
Ceski masih tidak berhenti. Terus menggempur. Buffon juga terus berjibaku dengan tembakan-tembakan jarak jauh karena pemain Ceska sulit untuk masuk kotak penalti.
Di akhir menit 45 pertama, Jan Polak, bek Ceska berambut kuning itu diganjar kartu kuning ke dua. Drama mulai jadi tragis buat Ceska.
Babak kedua, 10 prajurit Ceska itu dengan gagah berani menggempur. Tapi kelebihan satu orang membuat Italia menambah keunggulan lewan Inzaghi. Sebuah serangan balik yang maut.
Setelah itu Ghana-USA. Sekali lagi taktik bicara. Kali ini Bruce Arena mengintruksikan USA untuk menyerang. Beasley dan Dempsey bermain cemerlang. Ghana yang bermain frontal pun jadi sedikit harus 'lari-lari' karena serangan tajam USA. Sayang sang Kapten Amerika Reyna bermain buruk. Blundernya diserobot Haminu Draman hingga pemain Ghana berumur 20 tahun itu mencetak gol Piala Dunia pertamanya.
Selanjutnya permainan terus bergulir cepat. Dujkovic, sang pelatih Ghana terlihat waswas. Terutama ketika Dempsey menyeimbankan kedudukan lewat umpan brilian Beasley di menit 43.
Tapi anak-anak Ghana terlihat terus menggempur. Hasilnya sebuah penalti kontroversial buat Ghana. Ketika bek USA Onyewu mendorong Frimpong di kotak terlarang. Appiah, kapten Ghana, dengan tenang mengekskusi penalti. Kedudukan 2-1 buat Ghana.
Babak kedua giliran taktik Pfister yang berjalan. Dia memasukkan dua Addo, Eric Addo dan Otto Addo. Keduanya pemain tengah dan defender. Hasilnya lapangan tengah Ghana berisi pemain dengan tenaga segar dan fisik besar untuk bertarung dengan strategi serangan USA.
Menit-menit akhir babak kedua USA menggempur, tapi Ghana bertahan demi Afrika dengan baik. Hasilnya di 16 besar mereka harus berhadapan dengan Brasil.
Brasil sendiri memuncaki grupnya dengan menggilas Jepang 4-1. Seolah sudah terlepas bebas harus lolos ke babak 16 besar, Brasil menunjukkan taringnya. Meski di menit 34 Jepang membuat 'gempa' dengan lonjakan para pendukungnya. Keiji Tamada memaksa Dida memungut bola lebih dulu dibanding Kawaguchi dari dalam jaringnya. Sebuah assist brilian dari Alex [pemain Jepang kelahiran Brasil] membuat Tamada menemukan daerah kosong dan menembak.
Selanjutnya Samba menari dan Kawaguchi kembali menujukkan kelasnya sebagai kiper papan atas dunia. Sepanjang babak pertama pemain Brasil nyaris frustrasi. Sampai Ronaldo [akhirnya] berlari dan membuat tik-tak satu dua dengan Cicinho sebelum mencetak gol di menit 45.
Babak kedua milik Brasil. Tiga gol lagi bertambah lewat Juninho, Gilberto dan Ronaldo.
The Fat Phenomenon seolah ingin benar-benar membungkam kriti terhadap dirinya. Tapi buat gue ini tidak terlalu impresif. Tim sekelas Brasil baru bermain lepas setelah posisinya aman. Di babak hidup mati tidak ada kesempatan kedua model begini. Apalagi nanti yang dihadapi adalah Ghana. Yang memiliki daya juang sangat luar biasa.
Drama berikutnya datang dari Australia lawan Kroasia. Pertandingan yang luar biasa. Keras, cepat dan penuh ketegangan. Tiga kartu merah kembali keluar dari saku wasit. Meski yang terakhir cukup ajaib. Ketika wasit mengkartu merah Simunic setelah memerinya tiga kartu kuning! Sepertinya wasit Graham Poll pun ikut terbawa suasana ketegangan.
Pertandingan memang berjalan cepat. Dua kali handsball murni dari bek Kroasia Tomas dilewatkan oleh Poll. Tapi dia memberika hadiah penalti buat Australia. Craig Moore membalas gol tendangan bebas Srna di menit 3. Bola mati dibalas bola mati.
Hiddink nyaris membuat blunder ketika memasang kiper cadangan Kalac sebagai starter. Karena di menit 56 dia membuat blunder hingga Niko Kovac membuat kedudukan jadi 2-1 buat Kroasia.
Tapi Hiddink masih sanggup berkepala dingin. Setelag kebobolan dia memasukkan Aloisi, Bresciano dan Kennedy. Tiga pemain dengan daya serang tajam. Menggantikan Grella, midfielder, Chipperfield dan M Sterjovski, penyerang yang tenaganya sudah mulai terkuras.
Hasilnya di menit ke 80, Kewell akhirnya mencetak gol setelah beberapa kali kesempatan meleset. Skor 2-2 dan Australia akhirnya lolos ke babak 16 besar.
Australia menunjukkan daya juang tanpa henti yang menakjubkan. Dan Hidding selalu punya cara untuk menjaga energi anak-anak asuhannya.
Nanti Australia berhadapan dengan Italia. Ini batu ujian sesungguhnya. Sebab Italia adalah tim dengan daya tahan yang sanggup membuat siapa saja frustrasi. Dan kalau sampe Italia kalah, mending panggil Hiddink jadi pelatih Italia aja. Karena ini keduanya kalinya Hidding bertemu Italia, sejak Hiddink yang saat itu meltih Korea menggeser Italia di Korea-Jepang 2002.
Pertandingan lainnya seperti Pantai Gading dan Serbia juga seru meski keduanya tidak lolos, mereka bermain menyerang. Kedudukan 3-2 buat Pantai Gading. Menunjukkan mereka memang potensi yang harus diawasi nanti di Piala Dunia Afrika Selatan 2010.
Iran dan Angola bermain 1-1. Menutup napas harapan Angola untuk lolos ke 16 besar. Sementara Meksiko dikalahkah Portugal 2-1.
Pertandingan Meksiko dan Portugal juga menarik. Meksiko bermain luar biasa ngotot. Tapi seperti yang pernah gue bilang, mereka kalau bertemu tim besar suka berubah jadi emosional dan kasar. Luiz perez diusir wasit di menit ke 61.
Portugal sendiri unggil di menit 6. Lewat gol Maniche yang cantik. Lalu Portugal dapat hadiah penalti yang dieksekusi sempurna oleh Simao.
Empat menit setelah penalti di emnit ke 24 itu, Fonseca membalas buat Meksiko. Skor 2-1. Selanjutnya Meksiko menggenjot serangan terus menerus.
Solari mengistirahatkan Cristiano Ronaldo, Deco dan Pauleta. Artinya Portugal memang ingin bermain aman. Meski ternyata masih bisa menyengat.
Menit ke 58 giliran Meksiko mendapat hadiah penalti. Tapi drama terjadi. Omar Bravo, yang sedang bersinar bintangnya menendang jauh dari gawang Alexandre Ricardo.
Kedudukan tidak berubah 2-1 buat Portugal. Portugal ditunggu Belanda di perdelapan. Sementara Meksiko menghadapi the on fire Argentin boys.
Berikutnya Belanda-Argentina. Ah, sesuai dugaan. Keduanya bermain safe. Membuktikan kalau sepakbola modern lebih mengedepankan taktik dibanding bermain lepas dan menghibur.
Van Basten mengistirahatkan Robben dan menempatkan Kuyt di sana. Pekerman mengistirahatkan Saviola, Sorin dan Crespo. Memasang Messi dan Tevez sebagai strater.
Pertandingan tetap menarik. Serangan tetap mengalir dari kedua tim. Kuyt membuat sebuah peluang tapi gagal. Argentina juga begitu. Sebuah sepakan Rodriguez melebar beberapa inci dari gawang Van Der Sar.
Argentina memainkan skill-skill individu yang mantap. Sementara Belanda bermain organisasi yang baik. Khalid Boulahrouz, ditambah dua cadangan Tim De Cler dan Jaliens bermain ciamik di barisan belakang. Bisa jadi mereka nanti jadi starter karena bermain bagus.
Tapi gue jadi makin khawatir dengan Belanda. Van Basten sepertinya lelah dengan pujian bermain cemerlang tapi tidak pernah mengangkat trofi. Dia pun memainkan taktik-taktik untuk mencapai itu dan 'mengorbankan' sepakbola impresif ala Holland.
Sepertinya Basten melihat skuad yang ada dan mengukur semuanya dari sana. Menyimpan tenaga buat 16 besar.
Beberapa tim menunjukkan kecenderunga begitu. Antara lain Inggris, Italia dan Brasil.
Namun ada beberapa tim yang masih menampilkan sepakbola yang memikat di babak grup ini. Jerman [harus gue akui] dan Argentina.
Tapi drama lebih hebat baru saja akan dimulai!
nb: makin seru nih Ma!
Salah satu yang cukup mendebarkan adalah pertarungan di grup E.
Ceska yang di luar dugaan ditekuk oleh Ghana harus menang lawan Italia. Karena baru memiliki nilai 3. Italia pun begitu. Karena bocah-bocah Italiano itu baru mengoleksi nilai 4. Ini seperti pertarungan hidup mati. Sebab Ghana yang sedang melawan USA juga masih punya kesempatan lolos ke babak 16 besar. Begitu juga USA yang menyimpan nilai 1 dan meningkat penampilannya.
Ceska adalah salah satu kuda hitam yang cukup kuat. Mereka punya ciri permainan yang khas. Cepat dan menusuk. Julukan kereta api cepat bukan omong kosong. Tapi entah kenapa permainan mereka tidak pernah konsisten dan gampang sekali frustrasi bila berhadapan dengan tim-tim dengan sejarah sepakbola lebih baik atau tiba-tiba diredam tim-tim underdog.
Di Piala Eropa 1996, dengan luar biasa mereka masuk final tapi ditelan Jerman. Begitu juga dengan Piala Eropa 2004. Mereka ditekuk sang juara cinderella, Yunani di semifinal.
Sekarang juga begitu. Impresif di pertandingan pertama dengan melumat USA 3-0. Mendadak kehabisan batu bara saat melawan Ghana. Lantas di pertarungan hidup-mati, mereka dihabisi Italia 2-0.
Pertarungannya sendiri seru sekali. Di babak pertama kedua tim bermain dengan kecepatan tinggi.
Nedved seperti sedang sial. Kurang lebih sekitar 3 atau 4 tendangan kerasnya diblok Buffon yang memang cemerlang. Di sudut gawang satunya lagi, Peter Cech juga menunjukkan kalau dia juga salah satu kiper terbaik dunia. Tapi pertandingan kemaren milik Buffon.
Marcello Lippi juga jadi pemenang. Dengan perhitungan matang dia tidak memasang top scorer pujaan publik Italia Luca Toni. Dia memasang Gillardino, Camoranesi dan Totti di barisan depan. Ketiganya bukan stiker murni, tapi attacking midfielder. Artinya Lippi mau matikan lapangan tengah Ceska yang berbahaya.
Taktik ini berhasil. Digabung dengan perangkap cerdas dengan menggunakan zona marking dan man to man marking. Membuat Kereta Cepat Ceska seperti menghadapi lumpur pekat di lapangan tengah. Bisa masuk tapi tidak bisa menembus lebih dalam. Milan Baros, sang stiker yang diharap bisa menggantikan Jan Koller, tidak berkutik.
Menit ke 17, Lippi terpaksa menarik Nesta, bek Italia yang cedera. Masuklah Materazzi. Dan 8 menit kemudian, lewat sepak pojok Totti, Materazzi mematahkan deadlock Italia dengan sundulannya yang menaklukan Peter Cech.
Ceski masih tidak berhenti. Terus menggempur. Buffon juga terus berjibaku dengan tembakan-tembakan jarak jauh karena pemain Ceska sulit untuk masuk kotak penalti.
Di akhir menit 45 pertama, Jan Polak, bek Ceska berambut kuning itu diganjar kartu kuning ke dua. Drama mulai jadi tragis buat Ceska.
Babak kedua, 10 prajurit Ceska itu dengan gagah berani menggempur. Tapi kelebihan satu orang membuat Italia menambah keunggulan lewan Inzaghi. Sebuah serangan balik yang maut.
Setelah itu Ghana-USA. Sekali lagi taktik bicara. Kali ini Bruce Arena mengintruksikan USA untuk menyerang. Beasley dan Dempsey bermain cemerlang. Ghana yang bermain frontal pun jadi sedikit harus 'lari-lari' karena serangan tajam USA. Sayang sang Kapten Amerika Reyna bermain buruk. Blundernya diserobot Haminu Draman hingga pemain Ghana berumur 20 tahun itu mencetak gol Piala Dunia pertamanya.
Selanjutnya permainan terus bergulir cepat. Dujkovic, sang pelatih Ghana terlihat waswas. Terutama ketika Dempsey menyeimbankan kedudukan lewat umpan brilian Beasley di menit 43.
Tapi anak-anak Ghana terlihat terus menggempur. Hasilnya sebuah penalti kontroversial buat Ghana. Ketika bek USA Onyewu mendorong Frimpong di kotak terlarang. Appiah, kapten Ghana, dengan tenang mengekskusi penalti. Kedudukan 2-1 buat Ghana.
Babak kedua giliran taktik Pfister yang berjalan. Dia memasukkan dua Addo, Eric Addo dan Otto Addo. Keduanya pemain tengah dan defender. Hasilnya lapangan tengah Ghana berisi pemain dengan tenaga segar dan fisik besar untuk bertarung dengan strategi serangan USA.
Menit-menit akhir babak kedua USA menggempur, tapi Ghana bertahan demi Afrika dengan baik. Hasilnya di 16 besar mereka harus berhadapan dengan Brasil.
Brasil sendiri memuncaki grupnya dengan menggilas Jepang 4-1. Seolah sudah terlepas bebas harus lolos ke babak 16 besar, Brasil menunjukkan taringnya. Meski di menit 34 Jepang membuat 'gempa' dengan lonjakan para pendukungnya. Keiji Tamada memaksa Dida memungut bola lebih dulu dibanding Kawaguchi dari dalam jaringnya. Sebuah assist brilian dari Alex [pemain Jepang kelahiran Brasil] membuat Tamada menemukan daerah kosong dan menembak.
Selanjutnya Samba menari dan Kawaguchi kembali menujukkan kelasnya sebagai kiper papan atas dunia. Sepanjang babak pertama pemain Brasil nyaris frustrasi. Sampai Ronaldo [akhirnya] berlari dan membuat tik-tak satu dua dengan Cicinho sebelum mencetak gol di menit 45.
Babak kedua milik Brasil. Tiga gol lagi bertambah lewat Juninho, Gilberto dan Ronaldo.
The Fat Phenomenon seolah ingin benar-benar membungkam kriti terhadap dirinya. Tapi buat gue ini tidak terlalu impresif. Tim sekelas Brasil baru bermain lepas setelah posisinya aman. Di babak hidup mati tidak ada kesempatan kedua model begini. Apalagi nanti yang dihadapi adalah Ghana. Yang memiliki daya juang sangat luar biasa.
Drama berikutnya datang dari Australia lawan Kroasia. Pertandingan yang luar biasa. Keras, cepat dan penuh ketegangan. Tiga kartu merah kembali keluar dari saku wasit. Meski yang terakhir cukup ajaib. Ketika wasit mengkartu merah Simunic setelah memerinya tiga kartu kuning! Sepertinya wasit Graham Poll pun ikut terbawa suasana ketegangan.
Pertandingan memang berjalan cepat. Dua kali handsball murni dari bek Kroasia Tomas dilewatkan oleh Poll. Tapi dia memberika hadiah penalti buat Australia. Craig Moore membalas gol tendangan bebas Srna di menit 3. Bola mati dibalas bola mati.
Hiddink nyaris membuat blunder ketika memasang kiper cadangan Kalac sebagai starter. Karena di menit 56 dia membuat blunder hingga Niko Kovac membuat kedudukan jadi 2-1 buat Kroasia.
Tapi Hiddink masih sanggup berkepala dingin. Setelag kebobolan dia memasukkan Aloisi, Bresciano dan Kennedy. Tiga pemain dengan daya serang tajam. Menggantikan Grella, midfielder, Chipperfield dan M Sterjovski, penyerang yang tenaganya sudah mulai terkuras.
Hasilnya di menit ke 80, Kewell akhirnya mencetak gol setelah beberapa kali kesempatan meleset. Skor 2-2 dan Australia akhirnya lolos ke babak 16 besar.
Australia menunjukkan daya juang tanpa henti yang menakjubkan. Dan Hidding selalu punya cara untuk menjaga energi anak-anak asuhannya.
Nanti Australia berhadapan dengan Italia. Ini batu ujian sesungguhnya. Sebab Italia adalah tim dengan daya tahan yang sanggup membuat siapa saja frustrasi. Dan kalau sampe Italia kalah, mending panggil Hiddink jadi pelatih Italia aja. Karena ini keduanya kalinya Hidding bertemu Italia, sejak Hiddink yang saat itu meltih Korea menggeser Italia di Korea-Jepang 2002.
Pertandingan lainnya seperti Pantai Gading dan Serbia juga seru meski keduanya tidak lolos, mereka bermain menyerang. Kedudukan 3-2 buat Pantai Gading. Menunjukkan mereka memang potensi yang harus diawasi nanti di Piala Dunia Afrika Selatan 2010.
Iran dan Angola bermain 1-1. Menutup napas harapan Angola untuk lolos ke 16 besar. Sementara Meksiko dikalahkah Portugal 2-1.
Pertandingan Meksiko dan Portugal juga menarik. Meksiko bermain luar biasa ngotot. Tapi seperti yang pernah gue bilang, mereka kalau bertemu tim besar suka berubah jadi emosional dan kasar. Luiz perez diusir wasit di menit ke 61.
Portugal sendiri unggil di menit 6. Lewat gol Maniche yang cantik. Lalu Portugal dapat hadiah penalti yang dieksekusi sempurna oleh Simao.
Empat menit setelah penalti di emnit ke 24 itu, Fonseca membalas buat Meksiko. Skor 2-1. Selanjutnya Meksiko menggenjot serangan terus menerus.
Solari mengistirahatkan Cristiano Ronaldo, Deco dan Pauleta. Artinya Portugal memang ingin bermain aman. Meski ternyata masih bisa menyengat.
Menit ke 58 giliran Meksiko mendapat hadiah penalti. Tapi drama terjadi. Omar Bravo, yang sedang bersinar bintangnya menendang jauh dari gawang Alexandre Ricardo.
Kedudukan tidak berubah 2-1 buat Portugal. Portugal ditunggu Belanda di perdelapan. Sementara Meksiko menghadapi the on fire Argentin boys.
Berikutnya Belanda-Argentina. Ah, sesuai dugaan. Keduanya bermain safe. Membuktikan kalau sepakbola modern lebih mengedepankan taktik dibanding bermain lepas dan menghibur.
Van Basten mengistirahatkan Robben dan menempatkan Kuyt di sana. Pekerman mengistirahatkan Saviola, Sorin dan Crespo. Memasang Messi dan Tevez sebagai strater.
Pertandingan tetap menarik. Serangan tetap mengalir dari kedua tim. Kuyt membuat sebuah peluang tapi gagal. Argentina juga begitu. Sebuah sepakan Rodriguez melebar beberapa inci dari gawang Van Der Sar.
Argentina memainkan skill-skill individu yang mantap. Sementara Belanda bermain organisasi yang baik. Khalid Boulahrouz, ditambah dua cadangan Tim De Cler dan Jaliens bermain ciamik di barisan belakang. Bisa jadi mereka nanti jadi starter karena bermain bagus.
Tapi gue jadi makin khawatir dengan Belanda. Van Basten sepertinya lelah dengan pujian bermain cemerlang tapi tidak pernah mengangkat trofi. Dia pun memainkan taktik-taktik untuk mencapai itu dan 'mengorbankan' sepakbola impresif ala Holland.
Sepertinya Basten melihat skuad yang ada dan mengukur semuanya dari sana. Menyimpan tenaga buat 16 besar.
Beberapa tim menunjukkan kecenderunga begitu. Antara lain Inggris, Italia dan Brasil.
Namun ada beberapa tim yang masih menampilkan sepakbola yang memikat di babak grup ini. Jerman [harus gue akui] dan Argentina.
Tapi drama lebih hebat baru saja akan dimulai!
nb: makin seru nih Ma!
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home