Wednesday, June 28, 2006

Delapan Besar

Selesai sudah 16 tim bertarung. Delapan pulang, delapan masih menggantung mimpi juara.

Brasil lawan Ghana. Banyak yang bilang ini bakal jadi partai 'berdarah'-nya penjudi. Karena bisa saja ada kejutan.

Dan memang. Tapi yang terkejut adalah Ghana. Ketika mereka bermain sangat baik dengan passing pendek menyusur tanah dan berhasil menekan juara dunia lima kali tapi kalah 3-0.

Ada beberapa SMS yang masuk. Seorang kawan kritikus film, dengan keras mengatakan telah terjadi skandal. Ini karena dua gol Brasil berbau offside yang sengak. Dia mengajak memboikot Piala Dunia. Reporter gue dengan sinis bilang slogan 'a time to make a friend' FIFA diganti aja dengan 'a time to make money'. Karena masih memenangkan Brasil dan tim-tim mapan lainnya yang sudah jelas menjamin penonton lebih banyak.

Gue masih melihatnya sebagai bunga Piala Dunia. Pupuknya adalah peraturan FIFA yang membuat banyak wasit dan hakim garis gugup. Gue sepakat dua gol Brasil itu penuh prasangka offside. Tapi sekali lagi wasit adalah bagian dari pertandingan. Apa pun yang terjadi.

Dan seperti yang seorang pemain bilang, pihak yang kalah itu sesimpel pasti not good enough. Bukan salah siapa-siapa.

Gue sepakat. Ghana memang bermain impresif. Penetrasinya luar biasa. Brasil dibuat mundur sampai ke kotak penalti. Tapi mental finishing pemain Ghana ternyata belum kelas perdelapan final.

Semua tendangan ke gawang hanya lurus-lurus saja. Mudah dipatahkan Dida. Malah kadang tak sampai ke gawang tendangannya. Benar-benar terlihat seperti anak baru. Ibaratnya: penetrasi oke, tapi ejakulasi dini. Perumpamaan yang sangat cerdas dari seorang teman.

Sementara Brasil bermain tenang. Penuh penguasaan diri. Mereka tidak panik ditekan sedemikian rupa. Dan malah jadi pihak yang melakukan counter attack. Di sini bahayanya.

Tim sekelas Brasil melakukan counter attack. Gawat. Hasilnya baru lima menit sebuah gol yang membuat Ronaldo melebihi rekor gol Gerd Muller tercipta. Muller adalah bomber Jerman dengan 14 gol sepanjang karirnya di Piala Dunia. Ronnie mencetak 15.

Gol itu sendiri menunjukkan kelas permainan Brasil. Ronaldo muncul dari second line. Berlari mengejar umpan daerah. Dan menggoyang Kingson dengan goyangan khas dia.

Sisanya pertandingan dilanjutkan dengan penetrasi-penetrasi tanpa hasil dari Ghana. Tapi Brasil terus dengan enak menyerang balik. Ronaldinho mulai menemukan formnya. Sebuah aksi stop ball yang luar biasa mengingatkan bahwa bocah ini memang pemain terbaik dunia.

Jadi meski dua gol itu berbau offside, Ghana sendiri memang simply not good enough. Mungkin di 2010 Ghana akan bicara banyak. Atau sudah ada lagi tim Afrika lain yang bakal mengejutkan dunia nanti. Sepakbola Afrika memang sudah melesat jauh.

Berikutnya Spanyol melawan Perancis. Dan benar. Perancis mendapatkan second wind mereka. Sangat kencang pula bertiupnya.

Spanyol yang sedang dalam performa terbaiknya pun tidak bisa menahan angin itu. Dengan tetap memainkan Zidane, Perancis perlahan menemukan momentumnya.

Kuncinya ada pada Vieira. Domenech sang pelatih akhirnya memilih untuk melepaskan beban Zidane di lapangan tengah. Memberikan porsi itu pada Vieira dan membiarkan Zidane menari-nari dengan bebas. Vieira juga kembali memberikan satu assist dan satu gol.

Meski tertinggal lebih dahulu lewat penalti David Villa, Perancis bermain sangat efektif dan kompak hingga membalik situasi jadi 3-1.

Secara ball possession Spanyol jauh lebih unggul. Tapi kepemilikan bola itu tidak membuahkan apa-apa karena para pemain Spanyol seperti bingung menghadapi tim yang mendadak terlihat sangat santai dan percaya diri.

Awalnya dengan memasukkan Raul dalam starting XI, Aragones seperti ingin menghindar dari 'sindroma Basten'. Ini istilah gue buat para pelatih yang tidak mau memasukkan pemain kharismatik mereka karena performa yang kurang baik.

Eksperimen Aragones sempat berhasil. Minimal pasukan mudanya seperti ada yang memimpin. Tapi pertahanan Perancis sangat solid. Sagnol, Thuram, Abidal dan Gallas sangat kompak.

Menit ke 41, Scarface Ribbery merobek jala Casillas. Lewat umpan yang sangat cerdas dari Vieira, Ribbery berlari menembus pertahanan Spanyol.

Aragones pun menarik Raul dan David Villa di babak kedua dengan memasukkan Garcia dan Joaqin. Sayang tidak ada perubahan. Malah Perancis yang kian menemukan permainan mereka.

Vieira mencetak satu gol lewat sundulan. Dan terakhir Zidane membuat sebuah gerakan kelas dunia untuk membawa Perancis bertemu Brasil di perempat final.

Italia bertemu debutan Ukraina. Jerman dihadang Argentina. Portugal bertemu Inggris.

Wuih. Memang benar kalau Piala Dunia masih itu-itu saja yang melaju ke perebutan Piala. Tapi inilah Piala Dunia. Kali ini yang menjadi 'bintang' adalah peraturan FIFA dan wasit.

Selalu saja ada yang bisa diprotes, dikagumi, ditangisi dari Piala Dunia. Cerita yang akan tumbuh lagi nanti 4 tahun ke depan. Dengan harapan baru, mimpi-mimpi baru dan drama yang bisa membalik itu semua.


nb: mari kita nonton semifinal, Ma :)

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home