Italia, Italia
Ibarat film-film neo-realisnya, Italia menyajikan drama mendebarkan di Piala Dunia.
Bermain tidak begitu impresif dari penyisihan grup, Italia ternyata menembus ke final. Menghentikan panser-turbo Jerman yang menunjukkan grafik luar biasa sepanjang turnamen.
Signal Iduna Park pun menangis. Antara kecewa dan bahagia. Hampir 90 persen penonton kecewa dan sisanya pendukung Azzuri Italia yang seperti meledak hatinya karena gembira.
Tapi pertandingan itu sendiri memang luar biasa. Kedua tim terus menerus menyerang. Tapi Italia menunjukkan stamina dan konsentrasi yang lebih stabil. Jerman hanya lengah di dua menit terakhir menjelang adu penalti. Dan fatal. Dua gol dalam jeda waktu hampir 1 menit dicetak Grosso dan Del Piero.
Marcello Lippi adalah pelatih yang luar biasa. Entah bagaimana caranya dia bisa memompa motivasi pemain Italia untuk menanjak naik grafiknya. Di tengah kontroversi kecurangan yang terjadi di Liga Italia. Skandal memalukan dalam sejarah sepakbola. Ketika ternyata sepuluh tahun terakhir Liga Italia diwarnai intrik suap, pengaturan skor dan sebagainya.
Perjalanan Italia sendiri sebenarnya menunjukkan grafik yang tidak terlalu buruk. Tapi memang untuk kaliber Italia, juga tidak impresif. Menang 2-0 dari Ghana, ditahan 1-1 oleh USA dalam sebuah pertandingan yang cukup kasar, meredam Ceska 2-0 dan secara kontroversial memulangkan Australia dengan skor 1-0. Lantas dengan gagah menelan Ukraina 3-0.
Italia kembali menunjukkan kalau mereka memang pertahanan terbaik dunia. Sepanjang pertandingan sampai ke semifinal, mereka cuma kebobolan satu gol. Dan itu pun gol bunuh diri Zaccardo.
Kalau boleh memilih defender terbaik dunia, gue dengan pasti akan memilih Fabio Cannavaro. Gila. Dia benar-benar sangat sulit dilewati. Membuat frustrasi penyerang-penyerang lawan.
Kembali ke pertandingan melawan Jerman. Sejak kick-off, Italia menunjukkan kalau mereka tahu bagaimana menghentikan Jerman. Tepatnya Lippi benar-benar mengerjakan Pr-nya.
Melihat bagaimana Argentina menghambat lapangan tengah Jerman, Lippi melakukan hal yang sama. Hanya saja Lippi menginstruksikan untuk mengambil resiko dengan bermain keras. Apa pun yang terjadi, pemain Jerman tidak boleh berkembang lapangan tengahnya. Terlihat tekel-tekel yang keras dilakukan. Meski berbuah pelanggaran dan tendangan bebas, anak-anak Italia melakukan itu sejak menit-menit awal.
Tapi meski keras, tidak ada yang menjurus kasar. Italia menunjukkan kalau mereka memang tahu seni bertahan dan menampilkan apa yang disebut komentator world class tackle. Dan untung Armando Archundia wasit dari Meksiko memimpin dengan jernih. Dia tidak terlalu mudah memberikan kartu kuning. Dan juga tidak tertarik dengan diving-diving yang dilakukan oleh kedua pihak. Totti dan Ballack sempat mencobanya tapi tidak berhasil.
Sentakan keras di tengah membuat pemain Jerman sempat stuck permainannya. Bukan nervous seperti yang disebut oleh komentator. Gue melihatnya murni karena taktik Lippi berhasil mencuri irama permainan tengah Jerman. Dengan permainan gemilang dari Pirlo.
Tidak gue sangka Pirlo bisa setenang itu. Beberapa kali serangan Italia dibangun dari permainan dan umpan-umpan dia. Ada satu sentuhan one-two Pirlo yang membelah lapangan tengah Jerman dengan brilian, gue suka banget ngeliatnya.
Italia sendiri masih memainkan counter attack yang apik. Tapi kali ini pada saat kehilangan bola mereka tidak menarik diri terlalu dalam ke kotak penalti. Tapi tetap mengisi lapangan tengah. Akibatnya serangan Jerman pun kerap berputar-putar di luar kotak penalti.
Klinsmann sendiri terus memerintahkan pemainnya untuk menekan dan membongkar. Hanya saja kelas permainan Cannavaro memang luar biasa. Philipp Lahm yang juga bermain cemerlang saja selalu terhenti tusukannya. Belum lagi Buffon yang luar biasa. Dua tendangan Podolski yang harusnya sempurna jadi gol ditepis dengan dahsyat.
Satu kesempatan Podolski itu adalah satu-satunya kelengahan Cannavaro yang gue catat. Dia terlambat turun karena ikut naik membantu serangan. Kelengahan ini juga diakibatkan stamina. Wajar. Karena pertandingan menembus perpanjangan waktu dan berlangsung sangat ketat. Tapi ternyata masih ada Buffon di depan mistar Italia.
Klinsmann sendiri memang mengharapkan itu. Dia yakin sekali bila digempur terus menerus pasti akan tembus juga. Namun Lippi sudah menduga itu. Dan para pemain Italia sudah tahu akan menghadapi itu. Mental mereka siap.
Italia seperti menemukan menu makanan yang mereka cari. Tidak seperti Australia, atau Hiddink tepatnya, yang menyodorkan sajian yang lain.
Klinsmann memang ingin menunjukkan Jerman yang baru. Hanya saja mungkin permainan Jerman jadi mudah terbaca. Bagus memang. Dahsyat dan impresif. Tapi terbaca. Terutama oleh pelatih sekelas Lippi.
Seperti menyaksikan gairah anak muda yang diredam pengalaman sang senior.
Termasuk saat memasukkan Odonkor dan Neuville. Itu juga sepertinya sudah ditunggu oleh Lippi.
Namun gempuran Italia sendiri sebelum terjadi gol di menit-menit akhir itu juga sebenarnya berhasil ditahan oleh pertahanan Jerman yang kali ini lumayan sukses melakukan jebakan off-side.
Begitu juga Lehmann yang bermain di dalam performnya. Meski tiang gawang juga ikut membantu pertahanan Jerman. Tendangan Gillardino dan Zambrotta sempat dimentahkan mistar.
Jerman sendiri sempat menunjukkan bagaimana bila ingin mengimbangi dan mengancam Italia. Curi bola saat mereka sedang melakukan counter attack. Pada saat itulah gerendel sedikit melonggar. Terbukti dengan dua kesempatan Podolski tadi dan sebuah tendangan jarak jauh Schneider yang meleset tipis di atas tiang gawang Buffon.
Artinya kedua tim memang sudah melakukan serangan dan mendapatkan kesempatannya. Hanya saja yang paling mendekati hasil adalah Italia.
Gue sempet berpikir ini pertandingan yang juga layak masuk adu penalti. Dan dua pihak punya kiper yang kalibernya luar biasa. Pasti tegang sekali.
Hanya saja di menit ke 118, Italia menyerang dan mendapatkan tendangan sudut. Gue melihat di menit-menit akhir itu malah Jerman yang terlihat ingin menuju adu penalti. Dari tendangan sudut itulah Pirlo mengirim umpan terukur pada Grosso yang melepaskan bola lengkung yang menaklukan Lehmann. Dari sudut yang cukup sempit karena ada sekitar empat pemain Jerman di kotak penalti.
Satu menit kemudian Del Piero membayar penampilan buruknya selama Piala Dunia dengan sebuah gol. Hasil sebuah serangan balik. Tapi buat gue ini masih belum menunjukkan kelas sebenarnya dari Del Piero. Karena pada saat itu pemain Jerman memang sudah tidak ada yang berpikir bertahan. Gol itu ibarat seperti 'bonus' tambahan.
Yang gue catat adalah keberanian dan kebesaran hati Lippi masih mau memberikan kepercayaan pada Del Piero. Selain dia juga membutuhkan Del Piero kalau terjadi adu penalti. Del Piero juga dikenal jago di situasi bola mati.
Kemenangan ini gue percaya sekali akan menjadi titik balik sepakbola Italia ke depannya. Setelah dicoreng oleh skandal dan image tim yang bermain negatif. Karena Italia membuktikan tanpa kontroversi apa pun mereka sanggup mengalahkan tim sebaik Jerman. Mereka bisa menang dengan 'bersih'.
Luar biasa. Late, late drama from Italia. Kisah orang-orang yang tidak terlalu diperhitungkan tapi memincut hati khas film-film drama Italia. Lippi berhasil menggabung gerendel dengan sepakbola modern dengan bagus.
Italia tidak lagi bermain negatif dan menang. Tapi menunjukkan pertahanan kelas wahid dan serangan yang super efektif.
Dan gue sudah menetapkan pemain favorit gue kali ini adalah Canavaro. Paling konsisten permainannya. Dan sangat signifikan.
Piala Dunia kali ini juga bisa disebut late bloomer World Cup. Piala Dunia untuk tim-tima yang menemukan momentum di akhir-akhir turnamen. Satu tim lagi kita tahu siapa: Perancis.
Perjalanan Perancis sendiri lebih tidak meyakinkan dibanding Italia. Ditahan seri 0-0 oleh Swiss. Lalu 1-1 lawan Korea. Lantas baru menemukan anginnya saat menelan Togo 3-0. Berikutnya Spanyol yang sedang bagus ditekuk 3-1. Dan terakhir membuat bandar untung besar dengan menyihir Brasil 1-0.
Kalau Italia-Perancis bertemu di final, ulangan Euro 2000 terjadi. Dimana saat itu Perancis bermain bagus dan Italia bermain negatif di bawah pelatih Dino Zoff. Bagaimana dengan Italia yang sekarang? Bagaimana angin kedua tim Perancis. Siapa yang lebih tenang akan memang di sini. Karena yang terjadi adalah adu taktik. Mungkin pertadingan tidak bertempo cepat, tapi liat.
Kalau bertemu Portugal, Italia akan berhadapan ambisi yang luar biasa. Bisa jadi ini akan dimanfaatkan sebagai keuntungan karena ambisi biasanya malah jadi beban. Atau malah Italia yang ditekan habis-habisan sejak menit awal.
Kunci buat mematahkan Italia adalah pada tindakan saat Italia melakukan serangan balik. Kalau antisipasinya tepat, permainan Italia bisa tidak berkembang.
Lantas bagaimana Perancis-Portugal? Semifinal Euro 2000 kembali berulang. Sebuah partai panas saat itu yang dimenangkan Perancis lewat gol emas penalti Zidane.
Portugal pasti bernapsu sekali ingin membalas itu. Sementara Perancis sedang mendapatkan kepercayaan dirinya.
Gue mencatat, Scolari adalah pelatih yang penuh emosi. Dia dekat dengan para pemainnya. Terlibat sekali. Seperti Bapak-Anak. Ini yang membuat ambisi pemain Portugal selalu tebal. Mereka menemukan atmosfir tim yang solid dan emosional. Berbeda dengan Inggris yang 'dingin' hubungan antara Sven Goran dengan anak asuhnya.
Sementara Domenech adalah teman bagi pemain-pemain Perancis yang banyak diisi pemain senior. Mereka seperti sahabat-sahabat yang mencoba menciptakan perpisahan yang sempurna untuk karir mereka. Nuansa emosinya lebih tenang dan kalem.
Jadi Perancis dan Portugal punya kepercayaan diri dan motivasi yang cukup baik. Tinggal taktik apa yang akan dimainkan.
Scolari tebakan gue akan mencoba mematikan Ribery dan Zidane. Lalu melepaskan Ronaldo untuk menciptakan lubang di pertahanan Perancis. Deco juga akan diinstruksikan bergerak menarik Vieira dari lapangan tengah. Hingga lapangan tengah Perancis bisa dikuasai. Plus provokasi khas Portugal dengan permainan kerasnya.
Sementara Domenech pasti akan memunculkan taktik baru saat Ribery dan Zidane ditekan. Mungkin gelandang pekerja keras atau ball winner yang akan diinstruksikan melapis keduanya pada saat Perancis tercuri bolanya. Dan sepertinya Malouda yang akan mendapatkan tugas itu. Dan peran Makalele akan lebih dimaksimalkan saat Vieira dipaksa bertahan di tengah.
Seru. Ini pasti bakal seru sekali. Ketat dan liat.
nb: udahlah Ma, Italia memang pantas ke final... bukan karena kita makan pizza sebelum pertandingan... :)
Bermain tidak begitu impresif dari penyisihan grup, Italia ternyata menembus ke final. Menghentikan panser-turbo Jerman yang menunjukkan grafik luar biasa sepanjang turnamen.
Signal Iduna Park pun menangis. Antara kecewa dan bahagia. Hampir 90 persen penonton kecewa dan sisanya pendukung Azzuri Italia yang seperti meledak hatinya karena gembira.
Tapi pertandingan itu sendiri memang luar biasa. Kedua tim terus menerus menyerang. Tapi Italia menunjukkan stamina dan konsentrasi yang lebih stabil. Jerman hanya lengah di dua menit terakhir menjelang adu penalti. Dan fatal. Dua gol dalam jeda waktu hampir 1 menit dicetak Grosso dan Del Piero.
Marcello Lippi adalah pelatih yang luar biasa. Entah bagaimana caranya dia bisa memompa motivasi pemain Italia untuk menanjak naik grafiknya. Di tengah kontroversi kecurangan yang terjadi di Liga Italia. Skandal memalukan dalam sejarah sepakbola. Ketika ternyata sepuluh tahun terakhir Liga Italia diwarnai intrik suap, pengaturan skor dan sebagainya.
Perjalanan Italia sendiri sebenarnya menunjukkan grafik yang tidak terlalu buruk. Tapi memang untuk kaliber Italia, juga tidak impresif. Menang 2-0 dari Ghana, ditahan 1-1 oleh USA dalam sebuah pertandingan yang cukup kasar, meredam Ceska 2-0 dan secara kontroversial memulangkan Australia dengan skor 1-0. Lantas dengan gagah menelan Ukraina 3-0.
Italia kembali menunjukkan kalau mereka memang pertahanan terbaik dunia. Sepanjang pertandingan sampai ke semifinal, mereka cuma kebobolan satu gol. Dan itu pun gol bunuh diri Zaccardo.
Kalau boleh memilih defender terbaik dunia, gue dengan pasti akan memilih Fabio Cannavaro. Gila. Dia benar-benar sangat sulit dilewati. Membuat frustrasi penyerang-penyerang lawan.
Kembali ke pertandingan melawan Jerman. Sejak kick-off, Italia menunjukkan kalau mereka tahu bagaimana menghentikan Jerman. Tepatnya Lippi benar-benar mengerjakan Pr-nya.
Melihat bagaimana Argentina menghambat lapangan tengah Jerman, Lippi melakukan hal yang sama. Hanya saja Lippi menginstruksikan untuk mengambil resiko dengan bermain keras. Apa pun yang terjadi, pemain Jerman tidak boleh berkembang lapangan tengahnya. Terlihat tekel-tekel yang keras dilakukan. Meski berbuah pelanggaran dan tendangan bebas, anak-anak Italia melakukan itu sejak menit-menit awal.
Tapi meski keras, tidak ada yang menjurus kasar. Italia menunjukkan kalau mereka memang tahu seni bertahan dan menampilkan apa yang disebut komentator world class tackle. Dan untung Armando Archundia wasit dari Meksiko memimpin dengan jernih. Dia tidak terlalu mudah memberikan kartu kuning. Dan juga tidak tertarik dengan diving-diving yang dilakukan oleh kedua pihak. Totti dan Ballack sempat mencobanya tapi tidak berhasil.
Sentakan keras di tengah membuat pemain Jerman sempat stuck permainannya. Bukan nervous seperti yang disebut oleh komentator. Gue melihatnya murni karena taktik Lippi berhasil mencuri irama permainan tengah Jerman. Dengan permainan gemilang dari Pirlo.
Tidak gue sangka Pirlo bisa setenang itu. Beberapa kali serangan Italia dibangun dari permainan dan umpan-umpan dia. Ada satu sentuhan one-two Pirlo yang membelah lapangan tengah Jerman dengan brilian, gue suka banget ngeliatnya.
Italia sendiri masih memainkan counter attack yang apik. Tapi kali ini pada saat kehilangan bola mereka tidak menarik diri terlalu dalam ke kotak penalti. Tapi tetap mengisi lapangan tengah. Akibatnya serangan Jerman pun kerap berputar-putar di luar kotak penalti.
Klinsmann sendiri terus memerintahkan pemainnya untuk menekan dan membongkar. Hanya saja kelas permainan Cannavaro memang luar biasa. Philipp Lahm yang juga bermain cemerlang saja selalu terhenti tusukannya. Belum lagi Buffon yang luar biasa. Dua tendangan Podolski yang harusnya sempurna jadi gol ditepis dengan dahsyat.
Satu kesempatan Podolski itu adalah satu-satunya kelengahan Cannavaro yang gue catat. Dia terlambat turun karena ikut naik membantu serangan. Kelengahan ini juga diakibatkan stamina. Wajar. Karena pertandingan menembus perpanjangan waktu dan berlangsung sangat ketat. Tapi ternyata masih ada Buffon di depan mistar Italia.
Klinsmann sendiri memang mengharapkan itu. Dia yakin sekali bila digempur terus menerus pasti akan tembus juga. Namun Lippi sudah menduga itu. Dan para pemain Italia sudah tahu akan menghadapi itu. Mental mereka siap.
Italia seperti menemukan menu makanan yang mereka cari. Tidak seperti Australia, atau Hiddink tepatnya, yang menyodorkan sajian yang lain.
Klinsmann memang ingin menunjukkan Jerman yang baru. Hanya saja mungkin permainan Jerman jadi mudah terbaca. Bagus memang. Dahsyat dan impresif. Tapi terbaca. Terutama oleh pelatih sekelas Lippi.
Seperti menyaksikan gairah anak muda yang diredam pengalaman sang senior.
Termasuk saat memasukkan Odonkor dan Neuville. Itu juga sepertinya sudah ditunggu oleh Lippi.
Namun gempuran Italia sendiri sebelum terjadi gol di menit-menit akhir itu juga sebenarnya berhasil ditahan oleh pertahanan Jerman yang kali ini lumayan sukses melakukan jebakan off-side.
Begitu juga Lehmann yang bermain di dalam performnya. Meski tiang gawang juga ikut membantu pertahanan Jerman. Tendangan Gillardino dan Zambrotta sempat dimentahkan mistar.
Jerman sendiri sempat menunjukkan bagaimana bila ingin mengimbangi dan mengancam Italia. Curi bola saat mereka sedang melakukan counter attack. Pada saat itulah gerendel sedikit melonggar. Terbukti dengan dua kesempatan Podolski tadi dan sebuah tendangan jarak jauh Schneider yang meleset tipis di atas tiang gawang Buffon.
Artinya kedua tim memang sudah melakukan serangan dan mendapatkan kesempatannya. Hanya saja yang paling mendekati hasil adalah Italia.
Gue sempet berpikir ini pertandingan yang juga layak masuk adu penalti. Dan dua pihak punya kiper yang kalibernya luar biasa. Pasti tegang sekali.
Hanya saja di menit ke 118, Italia menyerang dan mendapatkan tendangan sudut. Gue melihat di menit-menit akhir itu malah Jerman yang terlihat ingin menuju adu penalti. Dari tendangan sudut itulah Pirlo mengirim umpan terukur pada Grosso yang melepaskan bola lengkung yang menaklukan Lehmann. Dari sudut yang cukup sempit karena ada sekitar empat pemain Jerman di kotak penalti.
Satu menit kemudian Del Piero membayar penampilan buruknya selama Piala Dunia dengan sebuah gol. Hasil sebuah serangan balik. Tapi buat gue ini masih belum menunjukkan kelas sebenarnya dari Del Piero. Karena pada saat itu pemain Jerman memang sudah tidak ada yang berpikir bertahan. Gol itu ibarat seperti 'bonus' tambahan.
Yang gue catat adalah keberanian dan kebesaran hati Lippi masih mau memberikan kepercayaan pada Del Piero. Selain dia juga membutuhkan Del Piero kalau terjadi adu penalti. Del Piero juga dikenal jago di situasi bola mati.
Kemenangan ini gue percaya sekali akan menjadi titik balik sepakbola Italia ke depannya. Setelah dicoreng oleh skandal dan image tim yang bermain negatif. Karena Italia membuktikan tanpa kontroversi apa pun mereka sanggup mengalahkan tim sebaik Jerman. Mereka bisa menang dengan 'bersih'.
Luar biasa. Late, late drama from Italia. Kisah orang-orang yang tidak terlalu diperhitungkan tapi memincut hati khas film-film drama Italia. Lippi berhasil menggabung gerendel dengan sepakbola modern dengan bagus.
Italia tidak lagi bermain negatif dan menang. Tapi menunjukkan pertahanan kelas wahid dan serangan yang super efektif.
Dan gue sudah menetapkan pemain favorit gue kali ini adalah Canavaro. Paling konsisten permainannya. Dan sangat signifikan.
Piala Dunia kali ini juga bisa disebut late bloomer World Cup. Piala Dunia untuk tim-tima yang menemukan momentum di akhir-akhir turnamen. Satu tim lagi kita tahu siapa: Perancis.
Perjalanan Perancis sendiri lebih tidak meyakinkan dibanding Italia. Ditahan seri 0-0 oleh Swiss. Lalu 1-1 lawan Korea. Lantas baru menemukan anginnya saat menelan Togo 3-0. Berikutnya Spanyol yang sedang bagus ditekuk 3-1. Dan terakhir membuat bandar untung besar dengan menyihir Brasil 1-0.
Kalau Italia-Perancis bertemu di final, ulangan Euro 2000 terjadi. Dimana saat itu Perancis bermain bagus dan Italia bermain negatif di bawah pelatih Dino Zoff. Bagaimana dengan Italia yang sekarang? Bagaimana angin kedua tim Perancis. Siapa yang lebih tenang akan memang di sini. Karena yang terjadi adalah adu taktik. Mungkin pertadingan tidak bertempo cepat, tapi liat.
Kalau bertemu Portugal, Italia akan berhadapan ambisi yang luar biasa. Bisa jadi ini akan dimanfaatkan sebagai keuntungan karena ambisi biasanya malah jadi beban. Atau malah Italia yang ditekan habis-habisan sejak menit awal.
Kunci buat mematahkan Italia adalah pada tindakan saat Italia melakukan serangan balik. Kalau antisipasinya tepat, permainan Italia bisa tidak berkembang.
Lantas bagaimana Perancis-Portugal? Semifinal Euro 2000 kembali berulang. Sebuah partai panas saat itu yang dimenangkan Perancis lewat gol emas penalti Zidane.
Portugal pasti bernapsu sekali ingin membalas itu. Sementara Perancis sedang mendapatkan kepercayaan dirinya.
Gue mencatat, Scolari adalah pelatih yang penuh emosi. Dia dekat dengan para pemainnya. Terlibat sekali. Seperti Bapak-Anak. Ini yang membuat ambisi pemain Portugal selalu tebal. Mereka menemukan atmosfir tim yang solid dan emosional. Berbeda dengan Inggris yang 'dingin' hubungan antara Sven Goran dengan anak asuhnya.
Sementara Domenech adalah teman bagi pemain-pemain Perancis yang banyak diisi pemain senior. Mereka seperti sahabat-sahabat yang mencoba menciptakan perpisahan yang sempurna untuk karir mereka. Nuansa emosinya lebih tenang dan kalem.
Jadi Perancis dan Portugal punya kepercayaan diri dan motivasi yang cukup baik. Tinggal taktik apa yang akan dimainkan.
Scolari tebakan gue akan mencoba mematikan Ribery dan Zidane. Lalu melepaskan Ronaldo untuk menciptakan lubang di pertahanan Perancis. Deco juga akan diinstruksikan bergerak menarik Vieira dari lapangan tengah. Hingga lapangan tengah Perancis bisa dikuasai. Plus provokasi khas Portugal dengan permainan kerasnya.
Sementara Domenech pasti akan memunculkan taktik baru saat Ribery dan Zidane ditekan. Mungkin gelandang pekerja keras atau ball winner yang akan diinstruksikan melapis keduanya pada saat Perancis tercuri bolanya. Dan sepertinya Malouda yang akan mendapatkan tugas itu. Dan peran Makalele akan lebih dimaksimalkan saat Vieira dipaksa bertahan di tengah.
Seru. Ini pasti bakal seru sekali. Ketat dan liat.
nb: udahlah Ma, Italia memang pantas ke final... bukan karena kita makan pizza sebelum pertandingan... :)
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home