Thursday, June 29, 2006

Proudness

Kemaren gue ke Lebak Bulus.

Melihat pertandingan amal untuk Jogja. Antara Persija lawan tim pilihan Copa Indonesia.

Pertandingan yang tetap menarik. Hasilnya 2-2. Persija mengejar setelah tertinggal 2-0 lebih dulu di paruh pertama.

Copa Indonesia dengan pelatih Jacksen F Tiago bermain lebih rapi. Syamsul Chaerudin, midfielder idola gue yang sekarang bermain di PSM, berhasil jadi motor. Hanya saja Persija bermain lebih ngotot di babak kedua.

Ditambah 'donor darah' dari The Jakmania. Yang sepanjang pertandingan tidak pernah berhenti bernyanyi. Luar biasa.

Gue dulu adalah pengagum Persebaya. Sejak jamannya Mustaqim, sesudah dia pindah dari Niac Mitra. Berlanjut ke era Aji Santoso, Anang Ma'ruf, Uston Nawawi dan Sugiantoro. Nama-nama besar yang menguasai tim nasional saat itu. Aji Santoso adalah winger kiri terbaik Indonesia yang buat gue sampai saat ini belum tertandingi. Kecepatan dan gerak serta fisiknya mengingatkan gue akan Marc Overmars dari Belanda. Mungkin Orisan Salossa sedang mencobanya. Sementara Anang Ma'ruf adalah winger kanan yang sangat luar biasa.

Sugiantoro adalah libero dengan gaya bermain yang berani maju ke depan. Memiliki ketenangan yang mantap. Sementara Uston Nawawi, playmaker yang handal. Langganan tim nasional. Dengan line-up seperti ini taktik 3-5-2 Persebaya pun jadi sempurna. Sayap tajam, pertahanan mantap dan lapangan tengah solid.

Untuk sepabkola nasional rupanya gue lebih cinta pada tim yang solid. Gue juga sempat mendukung Persipura. Mutiara Hitam penuh bakat luar biasa. Lantas pernah terpukau oleh kelincahan dan goyangan Maung Bandung, Persib.

Namun gue cukup lama jadi pendukung Persebaya. Sampai perlahan mulai memperhatikan Persija.

Dan saat bermain Football Manager 2006 yang sangat lengkap itu data Indonesianya, gue pun mencoba memegang Persija. Lantas kemaren terjadi momen ajaib buat gue. Di FM gue menduetkan Rizky Pahlevi dengan Kurniawan. Rizky itu stiker muda yang berbakat sekali. Minimal di tim gue, dia nyaris jadi top scorer dan selalu bermain dengan nilai rata-rata 8-7.

Lalu tiba-tiba Rizky muncul di lapangan. Ajaib. Nama yang selama ini gue kenal dan berbentuk data hadir menendang bola. Dengan sepasang sepatu hijau itu dia bermain. Manuver-manuvernya cukup berbahaya. Lucu sekali momen itu.

Belakangan gue mulau melihat kalau nyanyian-nyanyian Jakmania itu adalah masalah kebanggaan. Apa lagi yang bisa dibanggakan dari kota macet ini? Meski walau kadang Jakmania dan supporter lainnya itu kadang masih suka brutal, bottom-line-nya adalah mereka mencari sesuatu yang bisa mereka banggakan dari tanah yang mereka pijak.

Kebrutalan supporter bola bukan cuma milik 'negara dunia ketiga'. Ini masalah kultur bola yang harus dirubah. FIFA sedang melakukannya. Dengan berbagai kampanye.

Dan, pelan-pelan gue merasa harus ikut bangga dengan Jakarta. Pelan-pelan mungkin gue bakal mendukung Persija.


nb: kapan-kapan nanti kita nonton di stadion ya Ma... :D

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home