Wednesday, February 01, 2006

After The Party: Honeymoon and The Rest

Setelah pesta dengan makanan enak itu, sumpah kateringnya enak!, gue sama Umma dikasih hadiah sama kakak ipar gue, sebuah kamar di Hilton.

Beres pesta gue sama Umma dianter sama mertua gue ke Hilton. Niatnya. Karena kalo nggak nyasar bukan gue namanya. Biasa telat belok. Akhirnya kita naik taksi ke Hilton.

Kamarnya bagus. Enak. Lalu untuk pertama kalinya gue sholat jamaah menjadi Imam buat istri gue. Give me a chill. Kegiatan selanjutnya give me more than a chill. :D Satu aja pesen gue buat pasangan yang melewatkan malam zafaf di hotel. Jangan lupa pasang sign do not distrub. Trust me.

Besoknya kita siap-siap ke Bali. Hadiah bulan madu dari produser gue. Selama lima hari.

Btw, gue suka banget quote dari sahabat gue about marriage life. Kata dia, "Lo bakal nemuin dua 'anjing'. Pertama, 'aniing, enak banget!' Yang kedua, 'anjing... kok begini ya..." Brilian. Karena dalam pernikahan bahagia atau tidak memang bukan pilihan. Tapi jalan yang harus dihadapi. Dan sekarang sih gue masih ada dalam stage 'anjing' yang pertama. Hehehe.

Di Bali we really having fun. Pertama atas saran ndro-ndro gue nyewa motor. Romantis katanya. Jalan-jalan berdua boncengan. Hm, ndro-ndro salah. Bukan romantis, tapi romantis banget! Apalagi kita nemuin Pantai Nusa Dua dalam keadaan kosong. Dan nemuin beberapa spot tempat para surfer ngumpul. Asyik banget.

Lantas menikmati Bali sore hari sambil naik motor. Berdua keliling-keliling. Nyasar seperti biasa. Tapi bedanya sambil pelukan di antara matahari sore Bali yang mantap. Ya sore hari. Maklum penganten baru. Pagi hari ada agenda yang lebih penting. Dan tiap pagi Bali hujan cukup deras. :D

Lalu kita memutuskan mengambil paket tur dari hotel untuk tempat-tempat yang jauh. Kintamani, Ubud, liat tari barong [Umma sempat merasa kalo adegan penusukan keris itu trik. Agak lama meyakinkan dia kalo itu asli kekuatan ilmu dalam], dll. Di tarian barong gue juga menemukan pepatah Soleh tentang hujan salah. Dia pernah bilang, "Apapun kalah sama cuek. Tapi cuek kalah sama hujan. Jadi semua kalah sama hujan." Hari itu hujan dan penari barong itu tetap menari dengan riang. Bukan karena uang. Tapi karena kerja. Dedikasi. Cinta. Jadi Leh, mau nggak mau, hujan eleh ku cinta. :D


Dan sepanjang tempat kita diganggu penjaja suvenir yang nyaris mirip teroris. Sampai mencegat pintu segala. Umma pun sempat runtuh imannya dan membeli pensil karena tidak tega melihat penjualnya yang anak kecil.

Pada saat tawar menawar gue bersyukur. I'm in a good hand. Umma kalo nawar Yahudi banget. Dia sampe kesel ngeliat gue yang nggak bisa nutupin tampang senang kalo suka sama satu barang. Merusak skema zionisnya. Baguslah. Budget rumah tangga bisa aman kayaknya nih. Walau kalo udah kepingin sama satu barang, tiga kali bolak balik juga dijabanin. Nggak apa-apa. Nanti-nanti kan gue nggak perlu nemenin bolak-baliknya. :D

Cuma kita sama-sama boros dan takluk sama makanan enak. Walhasil hemat di belanja oleh-oleh, bocor di biaya makan. Ikan bakar sampe bebek bengil. Dan semuanya ditutup dengan sangat perfect dengan mengunyah sunset di Kudeta. Mendengarkan "It's The End of The Word As We Know It [But I Feel Fine]"-nya REM yang diarange jadi jazzy dan cool. PERFECT.

Well, segitu dulu deh! Next, my story is about marriage life.

1 Comments:

Blogger Seggaf said...

well, congratz ris ...
bentar lagi pasti deg-degan nunggu sambutan film JOMBLO ya? heuheuheuheu

11:42 AM  

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home