Monday, March 05, 2007

Moving Out

Gue udah resmi pindah dari Puri Sakti ke Bintaro Regency, minggu kemaren.

Pindah mendadak karena yang punya kontrakan lama agak rese maksa gue kalo mau perpanjang nggak bisa cuma satu bulan. Padahal gue cuma minta waktu aja sampe pertengahan Maret ini, tapi nggak dikasih. But, the good side is, sekarang gue udah pindah ke rumah sendiri. And the experience is... amazing.

Pertama adalah ketika tensi darah dipecut suasana pindahan. Dan diredakan di menit-menit akhir ketika gue dengan cerdasnya mengetahui bahwa di yellow pages-lah terletak alamat pasti perusahaan remover.

Dari hari senin nyari di google dan gagal, gue menelepon satu-persatu perusahaan itu di hari jumat sore. Gue pindahanannya? Sabtu pagi udah harus cabut. Akhirnya gue berhasil merayu sebuah perusahaan remover di Tebet memakai harga borongan, bukan dihitung perkubik barang seperti biasa. Namanya Citra Move. Cukup memuaskankan dan sangat akomodatif. Direkomendasikan.

Sampai sabtu sore, acara pengangkutan selesai ditemanyi mertua gue. Atur-atur sedikit, gue memutuskan buat pergi karena pingin liat workshopnya Hanung di MP Bookpoint. Umma juga bakal jemput di sana habis kuliah. Unpacking? Itu adalah fase hidup tersendiri. Jadi musti pelan-pelan dan sabar melakukannya...

Malamnya kami udah tidur di rumah itu dengan aroma cat menemani. Karena Umma pingin lis-lis kayu plus pintu-pintu rumah di cat dengan warna baru. Kami juga tidur di kasur baru yang sedikit lebih beradab daripada sofa bed yang selama ini 'menyiksa' dan 'disiksa' oleh kami.

Paginya, giliran keluarga gue dateng. Melakukan pengaturan tata letak sedikit. Karena waktu habis buat membongkar pintu kamar mandi yang tidak sengaja terkunci dari dalam. Berbagai rumus dilakukan. Congkel sana-sini. Teori digelar, sampai akhirnya sebuah tendangan kungfu terbukti jadi cara paling efektif. Pintu kamar mandi bakal jadi PR berikutnya buat dibereskan.

Gue dan Umma pun sibuk belanja ini-itu. Menyenangkan sekali. Berdua mengatur dan memilih sesuatu yang memang punya sendiri. Bukan kontrakan. Dari mulai paku beton, cat sampai selang shower. Kami berdua berusaha mencari yang terbaik dan terfektif. Memilah-milah dengan sok detil dan lantas tertawa ketika menemukan fakta cantelan favorit yang tidak perlu dipaku favorit kami ternyata hanya menempel di tembok keramik saja.

Namun rasa kalau sudah benar-benar pindah ke rumah sendiri baru terasa ketika di pagi hari kedua ibu kami menelepon ke telepon rumah [bukan HP] berturut-turut. Yang satu mengecek apakah sudah bangun atau belum. Yang satunya lagi bilang bakal datang membantu unpacking, karena yakin kalau tidak dibantu dua bulan lagi barang-barang itu masih bakal tinggal dalam kardus.

Dan rasanya jadi suami di rumah sendiri? Ketika momen yang gue tunggu seumur hidup ini kejadian. Saat gue mencium pipi Umma mau berangkat kerja dan bilang: "Hati-hati ya di rumah..."

Hmm, it's great to have a home. It is a home, not a house. Because home is not a place, it's in your heart. And at this house, my heart's blooming.


nb: unpacking is a journey Ma... not a destination... :D

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home