Monday, January 10, 2005

Marah

Sabtu kemaren, Indonesia kalah lagi di Senayan [dan kali ini karena maennya jelek! mudah-mudahan ada keajaiban lagi di final di singapur]. Buat kelien mungkin biasa-biasa saja. Tapi nggak buat gue. Gue penganut Albert Camus yang bilang belajar hidup dari sepak bola. Dan gue as dumb as another fans. Jadi ya fanatik nggak logis. Tiap Timnas kalah, Belanda kalah pasti gue ikut kalah. Mood gue bisa rusak sekitar dua harian. Nggak bisa bikin apa-apa.

Pulang meeting dulu sama Hanung dan Mas Eric sampe jam 1 dengan otak yang rada mampet tapi dipaksa mikir cerita. Sampe rumah jam 2. Hati masih gemes. Fluktuatif banget sih mainnya Timnas. Di Malaysia bisa main luar biasa menang 4-1. Masa di lapangan sendiri, di depan 120 ribu orang yang nyanyi Indonesia Raya, malah kalah 1-3. Suntuk banget. Tapi nggak bisa tidur. Akhirnya gue paksain nulis Jomblo yang sebenarnya deadline-nya masih dua hari lagi.

Pelan-pelan gondok berubah jadi energi. Jam 8 pagi, draft 1 Jomblo kelar! Terus tidur sebentar, jam 4 sore satu cerita baru yang diminta Mas Erwin kelar juga! Padahal itu cerita gue janjiin setelah tanggal 10!

Talking about turning mad into positive energy.

Selama ini gue nggak percaya itu. Marah kok bisa jadi positif. Marah itu ya mesti dibuang begitu aja. Tapi ternyata bisa. Dan selama ini gue selalu diledek sebagai angry storyteller sama anak-anak di kantor.

...so keep calling me angry storyteller guys!

3 Comments:

Blogger AryaNst said...

Hallo Aris...

Kita berbagi kemarahan dengan sebab yang sama. Sayangnya gua belon bisa memfokuskan kemarahan gua menjadi hal yang berguna seperti lu yang menyelesaikan pekerjaan2 lu.

Ngokeh, segitu ajah...Mari kita tetap dukung Tim Merah-Putih! Piala Tiger tahun ini milik kita!

9:06 PM  
Blogger aris said...

Siap! Ayo nyanyi sama-sama semuanya! Garuda di dadaku, Garuda kebanggaanku, Ku yakin hari ini pasti menang!

10:45 PM  
Blogger Soleh Solihun said...

Ris, jang mengomentari tulisan maneh nu ieu, urang hayang ngutip salah satu lirik lagu Iwan Fals.

"...jangan marah-marah, nanti cepat mati. Santai sajalah..." [Menunggu Ditimbang Malah Muntah, 1994]

9:31 PM  

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home