Saturday, December 25, 2004

Kembali Ke Titik Nol

Longweekend. Janjinya membabat deadline kantor. Biar bisa mulai konsentrasi nulis Jomblo dengan nyaman. Tapi prosesinya selalu begini. Setiap mau nulis skenario baru, pasti sindrom ini nongol persis jerawat. Menggangu. Sindrom kalo gue sebenarnya nggak bisa nulis skenario. Weits, pasti banyak yang mencibir bilang gue sombong atau belagak.

Tapi jujur, biar udah lima skenario gue [plus satu skenario kolaboratif] dibeli, setiap mulai menulis, bangsat satu ini muncul terus. Inspirasi gue selalu ketar-ketir. Gemetar. Lantas entah-datang-darimana-energi, tiba-tiba draft 1 selesai. Wiuh, sensasi tiap draft satu kelar itu luar biasa. Seperti kelar nonton In the Mood for Love, Yiyi, Before Sunrise, bersin, dan melihat gol-gol cantik.

Hei, mungkin justru itu yang membuat gue nyaris nggak jenuh nulis ya? Hm, ya. Kembali ke titik awal. Seperti jurus satu pukulan Upasara Wulung. Menyerap semua pukulan lawan agar tubuh kembali ke titik energi. Lalu memukul balik dengan dahsyat.

Jadi [sekalian pembenaran] saya mau gelisah dulu. Menikmati segala ketakutan dan sindrom itu. Kembali dulu ke titik kosong.

Titik nol.

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home