Cuap-cuap, kritik and the responsibility
Nggak lama habis acara di Metro itu, ada message di Friendster. Dari junior dulu di kampus. Dia bilang kaget ngeliat gue jadi gendut [bla, bla... :)], dan dia bilang jadi pingin nonton Ocean's Twelve. Padahal tadinya dia nggak begitu suka film bergenre heist seperti itu. Hm...
Terus seorang 'calon penulis skenario' berbakat telepon soal storyline dan bilang kalo penasaran pingin nonton film itu setelah nonton gue ngoceh. Hm...
Blessing in disguise, kata Pemred Ramadhan di film Kejarlah Daku Kau Kutangkap. Jadi cuap-cuap gue itu ternyata memang sanggup bikin orang mau nonton film.
Terus bagaimana dengan sepertiga halaman kritik yang ditulis dengan sangat payah, beragendakan sinisme belaka, di sebuah koran berskala nasional? Ah, itu urusan mereka. Yang pasti gue makin nggak boleh sembarangan nulis review tiap bulan meski itu nggak lebih dari 1000 karakter. Atau diundang ke Metro lagi, atau Radio 68H lagi.
Harus! Sebab ternyata ada yang butuh. Dan yang paling berbahaya: ada yang percaya.
Terus seorang 'calon penulis skenario' berbakat telepon soal storyline dan bilang kalo penasaran pingin nonton film itu setelah nonton gue ngoceh. Hm...
Blessing in disguise, kata Pemred Ramadhan di film Kejarlah Daku Kau Kutangkap. Jadi cuap-cuap gue itu ternyata memang sanggup bikin orang mau nonton film.
Terus bagaimana dengan sepertiga halaman kritik yang ditulis dengan sangat payah, beragendakan sinisme belaka, di sebuah koran berskala nasional? Ah, itu urusan mereka. Yang pasti gue makin nggak boleh sembarangan nulis review tiap bulan meski itu nggak lebih dari 1000 karakter. Atau diundang ke Metro lagi, atau Radio 68H lagi.
Harus! Sebab ternyata ada yang butuh. Dan yang paling berbahaya: ada yang percaya.
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home