Movin' On
Seperti yang sudah banyak yang tahu, gue baru pindahan.
Alamatnya bikin pusing. Karena terjepit di antara Kemang dan Antasari jadi ada dua alamat. Satu alamat punya yang empunya kontrakan itu masuk Kemang Selatan. Sementara rumah gue yang agak misah dari rumah induk ada di Jl. Puri Sakti I. Dan ajaibnya nggak ada nomer yang jelas. Karena itu masuk jalan buntu. Walhasil alamat paling logis yang bisa gue kasih: Jl. Puri Sakti I Buntu.
Jadi kalo mesen taksi atau delivery minimal harus ada perjuangan menerangkan belok kiri di sini turun di sana terus belok kiri lagi dan rumahnya pintu yang tengah. Ulangi ritual ini sebanyak dua tiga kali karena biasanya pihak taksi atau delivery bakal memberikan respon positif dan aktif: "Maaf Mas, alamatnya gimana tadi?" See, pertanyaannya gimana, bukan dimana.
Tapi ceritan yang seru ada pas gue pindahan. Berhubung masing-masing anak bontot, dan gue dari keluarga besar, this moving on menjadi sesuatu yang 'big deal'. Nyokap gue yang ada tugas ke Jogja persis di hari pindah merasa sangat 'berdosa' sekali. Padahal gue sama Umma merasa, kami kan ngontrak doang ya? Dengan kemungkinan setelah 6 bulan ini, bisa aja kami dengan semangat kembali ke rumah mereka. :)
But still. Kepindahan gue dimeriahi oleh keluarga besar gue dan keluarga Umma. Rombongan dari pihak pertama, dua paket Oom dan keluarga, Sepupu dan suaminya, sepupu tanpa istri dan sepupu belum punya suami. Plus ponakan cewek gue yang mewakili bapak-ibunya yang nggak bisa ikut. Belakangan ponakan gue berfungsi sebagai penghabis rambutan. Kalo dari pihak tersebut kedua, paket yang muncul Ibu-Bapak Umma, dan keluarga Abangnya dengan tiga orang anak perempuan. Belakangan tercipta gathering 4 anak perempuan balita dengan bahasa yang super ajaib tapi mereka bisa berkomunikasi dengan baik dan saling paham-memahami.
Kenapa bisa ada rambutan? Karena Tante gue 'menyulap' acara pindahan ini menjadi seperti piknik. Bukan cuma rambutan. Ada rendang satu tempat cukup untuk keluarga kelaparan [dan rendang itu baru habis kemaren sama gue dan Umma]. Lalu kue-kue keju. Ibu Umma menyumbang makaroni keju yang enak banget. Lantas entah apalagi, yang ditutup dengan cantik dengan dua dus gelas air mineral. Piknik dalam performa terbaik.
Setelah itu the handy work thing. Ada sebuah lemari baru yang mesti dipasang. Tiga orang lelaki muda, [gue, sepupu gue dan suami sepupu gue] merasa bisa dengan mudah menyelesaikan itu semua. Kemudaan kami membuat lemari itu selesai dalam waktu 2 jam lebih. Setelah lima kali bongkar pasang. Hei, don't blame us. Karena setelah having fun dengan baut dan obeng plus adu teori dari memasang lemari yang baik versi masing-masing [plus komen-komen dari para lelaki matang yang menonton kami], kami menemukan cara yang benar. Tapi setelah terpasang, ternyata pintu-pintu kecil seharusnya dipasang dengan urutan khusus dan di manualnya tidak ada!
Beres lemari, gue memasang hordeng [well, gue bakal tetep menyebutnya hordeng ;)]. Berdua dengan mertua. Dua kali bongkar pasang. Itu juga karena gue mendadak dengan brilian menemukan kalo satu penampang bisa dipakai untuk menempatkan dua rel tempat hordeng.
Beres itu gue menyikat bak kamar mandi. Lalu berhasil memasang sambungan kabel antena.
Umma tersenyum senang melihat semua itu.
Luar biasa.
Ah, biasa aja menurut kalian?
Well buat gue luar biasa, karena gue biasanya selalu menghindar dari kerjaan begitu semua. Dan merasa kapabilitas gue terhadap segala macam itu sangat rendah. I'm not the handy kind of guy. tapi ternyata itu bukan 'bakat' tapi 'kodrat'. Maksud gue ternyata itu meluncur dengan sendirinya. Mendadak semua kerjaan pertukangan itu jadi terlihat tidak begitu menakutkan lagi. Secara naluriah, gue pindah dari bocah-pemalas-yang-melempar begitu-saja-pakaian-kotor-ke-dalam-keranjang menjadi laki-laki-yang-ketagihan-melihat-hasil-kerjanya-sendiri-dapat-membuat-istrinya-tersenyum. And I meant it. I was a lazzy boy.
Hm, I am moving on.
nb: bukannya cuma pertukangan aja yang bisa bikin kamu senyum kok... :)
n.nb: dan teman-teman mari kita lihat 'apa' komentar soleh solihun terhadap tulisan nb di atas. :D:D:D
Alamatnya bikin pusing. Karena terjepit di antara Kemang dan Antasari jadi ada dua alamat. Satu alamat punya yang empunya kontrakan itu masuk Kemang Selatan. Sementara rumah gue yang agak misah dari rumah induk ada di Jl. Puri Sakti I. Dan ajaibnya nggak ada nomer yang jelas. Karena itu masuk jalan buntu. Walhasil alamat paling logis yang bisa gue kasih: Jl. Puri Sakti I Buntu.
Jadi kalo mesen taksi atau delivery minimal harus ada perjuangan menerangkan belok kiri di sini turun di sana terus belok kiri lagi dan rumahnya pintu yang tengah. Ulangi ritual ini sebanyak dua tiga kali karena biasanya pihak taksi atau delivery bakal memberikan respon positif dan aktif: "Maaf Mas, alamatnya gimana tadi?" See, pertanyaannya gimana, bukan dimana.
Tapi ceritan yang seru ada pas gue pindahan. Berhubung masing-masing anak bontot, dan gue dari keluarga besar, this moving on menjadi sesuatu yang 'big deal'. Nyokap gue yang ada tugas ke Jogja persis di hari pindah merasa sangat 'berdosa' sekali. Padahal gue sama Umma merasa, kami kan ngontrak doang ya? Dengan kemungkinan setelah 6 bulan ini, bisa aja kami dengan semangat kembali ke rumah mereka. :)
But still. Kepindahan gue dimeriahi oleh keluarga besar gue dan keluarga Umma. Rombongan dari pihak pertama, dua paket Oom dan keluarga, Sepupu dan suaminya, sepupu tanpa istri dan sepupu belum punya suami. Plus ponakan cewek gue yang mewakili bapak-ibunya yang nggak bisa ikut. Belakangan ponakan gue berfungsi sebagai penghabis rambutan. Kalo dari pihak tersebut kedua, paket yang muncul Ibu-Bapak Umma, dan keluarga Abangnya dengan tiga orang anak perempuan. Belakangan tercipta gathering 4 anak perempuan balita dengan bahasa yang super ajaib tapi mereka bisa berkomunikasi dengan baik dan saling paham-memahami.
Kenapa bisa ada rambutan? Karena Tante gue 'menyulap' acara pindahan ini menjadi seperti piknik. Bukan cuma rambutan. Ada rendang satu tempat cukup untuk keluarga kelaparan [dan rendang itu baru habis kemaren sama gue dan Umma]. Lalu kue-kue keju. Ibu Umma menyumbang makaroni keju yang enak banget. Lantas entah apalagi, yang ditutup dengan cantik dengan dua dus gelas air mineral. Piknik dalam performa terbaik.
Setelah itu the handy work thing. Ada sebuah lemari baru yang mesti dipasang. Tiga orang lelaki muda, [gue, sepupu gue dan suami sepupu gue] merasa bisa dengan mudah menyelesaikan itu semua. Kemudaan kami membuat lemari itu selesai dalam waktu 2 jam lebih. Setelah lima kali bongkar pasang. Hei, don't blame us. Karena setelah having fun dengan baut dan obeng plus adu teori dari memasang lemari yang baik versi masing-masing [plus komen-komen dari para lelaki matang yang menonton kami], kami menemukan cara yang benar. Tapi setelah terpasang, ternyata pintu-pintu kecil seharusnya dipasang dengan urutan khusus dan di manualnya tidak ada!
Beres lemari, gue memasang hordeng [well, gue bakal tetep menyebutnya hordeng ;)]. Berdua dengan mertua. Dua kali bongkar pasang. Itu juga karena gue mendadak dengan brilian menemukan kalo satu penampang bisa dipakai untuk menempatkan dua rel tempat hordeng.
Beres itu gue menyikat bak kamar mandi. Lalu berhasil memasang sambungan kabel antena.
Umma tersenyum senang melihat semua itu.
Luar biasa.
Ah, biasa aja menurut kalian?
Well buat gue luar biasa, karena gue biasanya selalu menghindar dari kerjaan begitu semua. Dan merasa kapabilitas gue terhadap segala macam itu sangat rendah. I'm not the handy kind of guy. tapi ternyata itu bukan 'bakat' tapi 'kodrat'. Maksud gue ternyata itu meluncur dengan sendirinya. Mendadak semua kerjaan pertukangan itu jadi terlihat tidak begitu menakutkan lagi. Secara naluriah, gue pindah dari bocah-pemalas-yang-melempar begitu-saja-pakaian-kotor-ke-dalam-keranjang menjadi laki-laki-yang-ketagihan-melihat-hasil-kerjanya-sendiri-dapat-membuat-istrinya-tersenyum. And I meant it. I was a lazzy boy.
Hm, I am moving on.
nb: bukannya cuma pertukangan aja yang bisa bikin kamu senyum kok... :)
n.nb: dan teman-teman mari kita lihat 'apa' komentar soleh solihun terhadap tulisan nb di atas. :D:D:D
3 Comments:
huahahahahahahaha.
anjir! sialan! ah siga maling nu ka-gep. [seperti maling yang ke-gep]. baru aja mau ngasih komen yang konotasinya 'ngeres'. :D
komentar yang lain aja ah.
satu lagi fase perpindahan salman aristo rupanya. terima kasih gina. :D
dari pemalas jadi pekerja keras.
dari tukang-ngeles-kalau-diajak-jumatan-dengan-alasan-mau-ke-atm-atau-meeting
jadi
tidak-lupa-solat-lima-waktu-dan-kadang-puasa-sunat.
dari angry story teller jadi happy fellow.
funny story. from a boy becomes a man :)
astaghfirullah...
abang pernah males shalat Jumat?????
mengecewakan...:( :( :( :( :(
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home