Monday, August 08, 2005

The Ring

"The one ring to rule them all" - The Lord of The Rings: The Fellowship of The Ring

Dan kemaren gue tuker cincin. Meski tidak sebombastis Frodo dan kawan-kawan di Middle Earth, sekarang di jari manis kiri gue ada cincin yang sama pentingnya buat hidup gue.

Awalnya gue nggak peduli sama segala tunangan atau tanda atau whatever. Apalagi gue agak sepakat dengan kaum post-strukturalis. Ketika yang penting adalah petanda bukan penanda. Kurang lebih begini cincin dianggap penanda dan gue adalah yang ditandai alias petanda. Nah, Roland Barthez bilang kalo petanda itu bakal bergeser-geser terus karena dia plus de sens alias punya banyak arti atau interpretasi. Jadi cincin itu bisa aja gue dan si ratu ngeles itu anggap sebagai aksesoris belaka bukan pengikat janji.

Tapi segala mambo jambo semiotika itu bakal buyar saat Ibu masing-masing dari kalian membaca bismillah sambil menyematkan cincin di jari manis kalian. Hmm. Ada ledakan lembut di hati gue. Serius. Seumur hidup gue belum pernah begini. Gue merinding. Ini baru tuker cincin. Gimana ijab kabul?

Lantas setelah itu acara itu dikuasai kaum perempuan. Nyokap kita, kakak kita, mereka dengan sigap sibuk bicara soal rekanan katering, baju pesta vs baju akad, kapasitas gedung, MC buat pesta dan sebagai. Dan selama itu gue melirik terus ke cincin baru gue. Cincin itu yang seolah memberikan legitimasi mereka untuk langsung dengan akrab mendiskusikan masa depan gue sama calon istri gue. Di titik itu gue sadar kalo pernikahan memang mengikat dua keluarga besar. Another soft-heart explotion.

Walo pun kadang lumayan bikin spaneng dan pusing 'semangat' mereka 'mengatur' nikahan gue [terhitung setiap habis ngomongin nikahan gue pasti 'berantem' :D], cincin itu jadi tidak bisa punya arti lain buat gue [tidak ada arbitrerasi makna, pergeseran interpretasi dan sebagainya]. Kecuali cincin itu adalah pengejawantahan dari betapa seriusnya gue sama anak kecil ini.
Yeah this ring is sure gonna rule me. Because is strickly come from the heart.

nb: Serius Ed. Ternyata gue serius banget sama lo... :D

3 Comments:

Blogger Soleh Solihun said...

Dan semakin dekatlah jalan salman aristo menuju titik mapan. Hehehe.

10:23 AM  
Anonymous Anonymous said...

Ciayooo..Aris!! Semoga semua urusan merit-nya dimudahkan Allah SWT..Amin!!

1:29 PM  
Blogger LUNATIC DWEEBSTARR said...

angry storyteller slowly slowly slowly metamorph himself into what do you call deadly-romantic-storyteller. And we LOVE you for THAT!! hihihi!!!... Semoga tetap begini, kalau tidak, mendingan saya jualan Indomi... hihi.. [hanya mencari kata-kata ber-rima] ;p

6:06 PM  

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home