'Hantu' Itu Sudah Pergi
Ya, Destiadi 'Demit' Nurgianto sudah dipanggil sang Kreator Agung, 4 Juli 2005.
Kejutan yang sangat mendadak setelah beberapa menit sebelumnya menerima kabar kalo Ayah Arian Arifin, seorang kawan, baru saja meninggal dunia. Dan ironisnya berita meninggalnya Ayah Arian dikirim lewat SMS oleh sekretaris redaksi pada Demit. Sekarang mungkin dua orang itu sedang bertemu mengantri di alam barzah sana.
Benar-benar mengejutkan. Orang yang lebih senang dipanggil Demit ini memang seperti Casper. Hantu lucu yang selalu 'mengganggu'.
Sejak awal-awal berdirinya majalah taman kanak-kanak ini gue udah bareng dia. Orang yang selalu dengan gemas membenahi penampilan gue biar lebih fashionable dari cuma sekedar jaket-jeans-tiap-hari-segala-cuaca. Dia bahkan rela memberikan sebuah topi merah kotak-kotak dari koleksinya. Sampe sekarang topi itu masih ada.
Dia juga orang yang selalu 'mengganggu' bekal makan siang gue, saat dulu masih bawa bekal ke kantor. Pasti dengan ceriwis dia minta apa yang gue makan. Dan dia lah orang yang bertanggung jawab kenapa akhirnya gue ngambil Vantrend. Karena dia juga saat itu belum lama beli Vantrend. Rekomendasinya: "Wah uenak banged Ris! Buat jadi mobil pertama ndak nyusahin! Onderdilnya murah!" Sekarang FI jadi salah satu benda kesayangan gue.
Dan dia nganggep semua orang yang lebih muda itu adiknya. Termasuk gue. Dia selalu nanya apa yang lagi gue kerjain.
Dan seperti halnya hantu. Dia juga punya sisi yang 'mengganggu'. Gue bakal jujur aja, gue rada nggak sreg sama kinerjanya sebagai disainer. Kadang lambat. Tapi dia selalu bisa membayar kekesalan gue dengan tawa dan senyum khasnya. Kembali jadi Mas Demit yang lucu menyenangkan. Irrisisteble.
Malam sehari sebelumnya gue potong rambut kependekan. Demit pernah bilang kalo gue sekali aja potong cepak nyaris botak. Dia pingin liat. Dan itu kejadiannya sekarang. Jujur aja keluar dari salon gue udah ketawa ngebayangin komen dia besok pagi. Terus pagi tanggal 4 itu, gue bawa kotak makanan lagi. Niat hemat bawa makanan dari rumah lagi. Dan gue udah ngebayangin Mas Demit bakal 'nggangguin' gue lagi.
Ternyata tidak. Tidak ada komen dengan medok Surabaya tentang rambut gue. Dan kotak makan siang gue tidak terbuka sampe sore karena gue memilih menemani jenazahnya di ambulan menuju RSCM.
Selamat jalan, Mas! Semoga kita bisa tuker cerita soal Vantrend lagi nanti di alam sana...
Kejutan yang sangat mendadak setelah beberapa menit sebelumnya menerima kabar kalo Ayah Arian Arifin, seorang kawan, baru saja meninggal dunia. Dan ironisnya berita meninggalnya Ayah Arian dikirim lewat SMS oleh sekretaris redaksi pada Demit. Sekarang mungkin dua orang itu sedang bertemu mengantri di alam barzah sana.
Benar-benar mengejutkan. Orang yang lebih senang dipanggil Demit ini memang seperti Casper. Hantu lucu yang selalu 'mengganggu'.
Sejak awal-awal berdirinya majalah taman kanak-kanak ini gue udah bareng dia. Orang yang selalu dengan gemas membenahi penampilan gue biar lebih fashionable dari cuma sekedar jaket-jeans-tiap-hari-segala-cuaca. Dia bahkan rela memberikan sebuah topi merah kotak-kotak dari koleksinya. Sampe sekarang topi itu masih ada.
Dia juga orang yang selalu 'mengganggu' bekal makan siang gue, saat dulu masih bawa bekal ke kantor. Pasti dengan ceriwis dia minta apa yang gue makan. Dan dia lah orang yang bertanggung jawab kenapa akhirnya gue ngambil Vantrend. Karena dia juga saat itu belum lama beli Vantrend. Rekomendasinya: "Wah uenak banged Ris! Buat jadi mobil pertama ndak nyusahin! Onderdilnya murah!" Sekarang FI jadi salah satu benda kesayangan gue.
Dan dia nganggep semua orang yang lebih muda itu adiknya. Termasuk gue. Dia selalu nanya apa yang lagi gue kerjain.
Dan seperti halnya hantu. Dia juga punya sisi yang 'mengganggu'. Gue bakal jujur aja, gue rada nggak sreg sama kinerjanya sebagai disainer. Kadang lambat. Tapi dia selalu bisa membayar kekesalan gue dengan tawa dan senyum khasnya. Kembali jadi Mas Demit yang lucu menyenangkan. Irrisisteble.
Malam sehari sebelumnya gue potong rambut kependekan. Demit pernah bilang kalo gue sekali aja potong cepak nyaris botak. Dia pingin liat. Dan itu kejadiannya sekarang. Jujur aja keluar dari salon gue udah ketawa ngebayangin komen dia besok pagi. Terus pagi tanggal 4 itu, gue bawa kotak makanan lagi. Niat hemat bawa makanan dari rumah lagi. Dan gue udah ngebayangin Mas Demit bakal 'nggangguin' gue lagi.
Ternyata tidak. Tidak ada komen dengan medok Surabaya tentang rambut gue. Dan kotak makan siang gue tidak terbuka sampe sore karena gue memilih menemani jenazahnya di ambulan menuju RSCM.
Selamat jalan, Mas! Semoga kita bisa tuker cerita soal Vantrend lagi nanti di alam sana...
2 Comments:
hiks...
kita semua kehilangan.
kita semua pasti kehilangan.
dan suatu hari,
kita semua juga pasti hilang.
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home